Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2025

PENGKHOTBAH atau PENDONGENG?

Gambar
Dalam Ulangan 6:7 memang diperintahkan untuk kita mengajarkan kebenaran berulang-ulang kali. Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi "mengajarkannya berulang-ulang" adalah shinantâm,  yang secara harfiah berarti "menajamkan" atau "mengasah". Ini menyiratkan bukan sekadar pengulangan mekanis, tetapi pengajaran yang cermat, tajam, dan gigih agar Firman itu benar-benar meresap dan membentuk karakter.  Ayat tersebut tidak berarti menceritakan bagian khotbah tertentu yang terus diulang di berbagai momen pada hal tema khotbah berbeda. Apa lagi terus mengulang  cerita humor yang sama diberbagai momen khotbah. Public speaking itu penting, tapi literasi teologi harus menjadi muatan primer dan prioritas etis setiap Pelayan Firman. Pelayan Tuhan bukan seorang penghibur atau pelawak diatas panggung, melainkan Corong Kebenaran yang dipercayakan mandat suci oleh Allah untuk mengabarkan Injil Keselamatan. Ketika literasi teologi diabaikan, kita secara implisit menghina Am...

Ketika Domba Menginjil dan Gembala Berkipil

Gambar
Dulu Gembala berseru: “Bertobatlah dan hiduplah benar!” Kini suaranya lembut tapi isinya hambar. Salib disingkir, diganti motivasi murah, Firman jadi alat, bukan lagi anugerah. Dulu Injil menelanjangi dosa dan memanggil pada salib suci, Kini Ia dibungkus psikologi, menyenangkan telinga dan menenangkan hati Gembala lupa: iman timbul dari Firman, bukan dari perasaan  Bahwa kasih sejati menegur, bukan sekadar menenangkan. Domba-domba pergi membawa Injil murni, Sementara Gembalanya sibuk menghitung amplop dan kursi. Ia berbicara tentang berkat, tapi lupa tentang darah, Hanya berfokus pada manusia, dan bukan tentang Allah. Kini gereja gemerlap tapi kosong di dalam, Pujian bergema tapi roh kehilangan salam. Domba menginjil di lorong dunia yang gelap, Karena Gembalanya berkipil menjual terang untuk gemerlap. Domba yang lapar bangkit, menggenggam Alkitab lusuh, Mengabarkan Kristus yang disalib, bukan Kristus yang palsu. Sebab lebih baik domba bersuara dengan luka yang bena...

JANGAN KUATIR DAN KEUTAMAAN KEBENARAN ALLAH (Kritik terhadap tema khotbah dan khotbah tertentu dari bacaan: Matius 6:25-34)

Gambar
Ketika Yesus berkata, “Janganlah kamu khawatir akan hidupmu,” Ia tidak sekadar menghibur agar kita tenang menghadapi kesulitan sehari-hari. Ia sedang mengubah cara pandang manusia terhadap hidup itu sendiri. Kekhawatiran bukan hanya masalah psikologis, melainkan tanda bahwa seseorang sedang menaruh hatinya pada hal-hal yang bersifat fana pada dunia yang berubah, terbatas, dan sementara. Yesus mengingatkan bahwa hidup manusia sering kali terjebak dalam lingkaran kebutuhan jasmani: makan, minum, pakaian, keamanan, dan keberhasilan. Semua itu penting, tetapi tidak kekal. Karena itu, Ia mengajarkan agar kita tidak menaruh fokus utama di sana. Bukan berarti kita tidak boleh bekerja, merencanakan, atau berusaha, melainkan supaya kita sadar bahwa semua itu hanyalah bagian dari realitas dunia yang akan berlalu. Sebaliknya, Yesus menuntun kita untuk menempatkan yang kekal sebagai pusat orientasi hidup: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.” Kalimat ini bukan sekadar anjuran moral ag...