PENTINGNYA DEFINISI
Sering kali terjadi perdebatan kecil maupun besar dalam kehidupan
sehari-hari. Baik itu di dalam keluarga di kantor, di gereja bahkan dalam perdebatan – perdebatan
politik maupun diskusi – diskusi ilmiah dan sebagainya, sarat dengan kekacauan
gagasan, akhirnya satu sama lain saling "straw man" (straw man adalah salah kaprah
terhadap gagasan lawan debat) tak terelakan. Sepertinya banyak diantara
pendiskusi/pendebat yang tidak menyadari hal ini dan kenapa terjadi demikian. Hal paling
mendasar yang sering kali di lupakan bahkan tidak pernah di ketahui sebagian
para pendebat mau pun penulis adalah pentingnya DEFINISI. Pada hal ini sudah diajarkan oleh
Socrates pada abad ke lima (sebelum Yesus Kristus) namun sampai sekarang masih
saja banyak dari kita yang tidak menyadarinya. Ini kenapa Socrates sering kali
menang dalam setiap perdebatan. Bahkan hal ini sudah sering beta ingatkan terus
– menerus dalam berbagai kesempatan, namun tetap saja masih banyak yang tidak
memahami hal ini. Atas hal – hal tersebut beta berpikir untuk mengabadikan
pentingnya “definisi” agar sewaktu-waktu dapat di baca siapa saja dan bisa di
publikasikan seperlunya.
Kenapa definisi begitu penting? Hal
yang di ungkapkan oleh Socrates adalah tanpa definisi yang jelas maka yang ada
hanya kebingungan mutlak. Beta akan paparkan kenapa demikian:
1. Sebagai arah pemikiran yang konsisten.
Kejelasan definisi memberi arah dan batasan sejauh
mana seseorang mengembangkan gagasannya dengan terarah dan tidak membingungkan
pembaca atau pendengar. Misalnya jika seseorang mau berbicara tentang “meja”,
maka orang tersebut harus mendefinisikan dengan jelas “meja’ seperti apa yang
ingin di bahasnya. Apakah meja makan, meja, tamu, meja rias, dan lain - lain. Tanpa kejelasan
definisi “meja” maka seseorang akan kesulitan mengembangakan gagasannya dengan
sistematis dan bisa jadi pembaca pun akan kebingungan memahami maksud penulis atau turut tenggelam dalam kekacauan tulisan tersebut tanpa disadari. Beta
sulit untuk membayangkan bagaimana jadinya sebuah tulisan tanpa kejelasan
definisi, tapi faktanya beta sering membaca tulisan – tulisan seperti ini dan
hasilnya adalah kebingungan mutlak! Yang menarik, beberapa tulisan (entah sadar
atau tidak) terdapat multi definisi terhadap satu istilah (ekuivokasi), maka yang terjadi
adalah penulis melakukan inkonsistensi demi inkonsistensi dalam sebuah tulisannya
sendiri. Misalnya pada paragraf awal seorang penulis berbicara tentang “meja
makan” tapi kemudian paragraf – paragraf selanjutnya penulis tersebut berbicara
tentang “meja tamu” untuk merujuk pada gagasan yang sama (maksudnya dengan
paragraf awal), ini adalah kekacauan gagasan namanya. Seperti seorang pembalap
GP yang memacu motornya pada lintasan yang sudah di sediakan, tapi kemudian dia
masuk pada lintasan lain yang bukan jalur balapannya. hanya saja yang menjadi masalah adalah kesalahan jalur balapan sangat mudah untuk dilihat, tapi tulisan yang kacau diakibatkan definisi yang tidak jelas, tidak dapat diketahui oleh sebagian orang.
2. Setiap orang bisa mempunyai pemahaman yang
berbeda – beda.
Sebagian penulis begitu mudahnya menggampangkan suatu
istilah yang mungkin lazim di gunakan oleh kebanyakan orang sehingga merasa
tidak perlu mendefinisikan istilah tersebut. Pada hal sangat mungkin orang lain
mempunyai pemahaman yang berbeda pada istilah tertentu walau untuk istilah yang
lazim sekali pun. Setiap istilah bisa di pakai untuk kepentingan tertentu untuk
itu perlu di jelaskan dengan baik. Contoh sederhana misalnya untuk kata “on*ni”
yang biasa di terjemahkan dalam aktifitas seks, ketika di padankan dengan “on*ni
argumen” maka istilah ini sudah bermakna lain yang sangat berbeda jauh dengan
makna "on*ni" dalam pengertian lazimnya. Atau contoh lain; yang
paling sering di gunakan para pendebat yaitu : “Logika”. Anda bisa dapati di
berbagai literatur definisi logika satu sama lain banyak yang berbeda dan
bahkan bertentangan. Tapi sering para pendebat atau penulis begitu mudahnya
menggunakan istilah ini (Logika) dengan gampangnya tanpa perlu mendefinisikan
logika seperti apa yang sedang di bicarakan oleh penulis tersebut. Beta sering mendengar istilah “logika manusia”,
logika Allah, “logika umum” dan lain - lain, bahkan mereka sukar untuk membedakan "logika" dengan "akal budi" atau dengan "pikiran" dan sering mencampur-adukan istilah - istilah ini seenaknya dalam suatu tulisan. Walau secara stipulatif bisa saja istilah - istilah tersebut merujuk pada makna yang sama atau bisa juga kita mendifinisikannya berbeda, tapi yang penting adalah KONSISTENSI terhadap definisi yang digunakan bertanggung-jawab secara logis. Ini adalah istilah – istilah yang harus di
definisikan dengan seksama kalau tidak akan rancu jika di cermati dengan
seksama. Bahkan beta pernah temui orang yang menggunakan istilah “logika Allah”
atau “Logika manusia” tapi ketika di tanya apa definisinya orang tersebut pun
ternyata tidak memahami istilah itu sendiri dengan baik dan akhirnya malah
lebih buruk lagi, menolak untuk mendefinisikannya karena menurutnya bukan suatu
hal yang penting dan sudah lazim di gunakan dan semua orang pasti memahaminya. Atau terkait penggunaan nama "Allah" yang sedang diperdebatkan akhir - akhir ini. Kelompok tertentu menolak orang kristen menggunakan nama Allah karena nama tersebut merupakan nama sesembahan mereka. Hal ini terjadi karena ketimpangan pengetahuan terkait definisi. Pada hal orang bisa gunakan istilah yang sama tapi merujuk pada sefinisi yang berbeda dengan kelompok lainnya. Istilah Allah digunakan orang kristen merujuk pada Allah Tritunggal, ini berbeda dengan Allah dalam agama yang lainnya, walau pun sama - sama menggunakan istilah yang sama. Ini
suatu kebodohan yang tak terelakan! Tidak ada keharusan semua orang harus
tunduk pada pengertian anda atau setuju pada apa yang anda pahami atau tidak
semua orang punya pengertian yang sama dengan anda terhadap suatu istilah
tertentu.
3. Definisi yang jelas dan konsisten memperkokoh gagasan.
Pentingnya definisi yang jelas serta konsisten dalam suatu gagasan tertentu akan memperkokoh suatu tuisan (argumentatif). Tulisan
yang di kembangkan dari definisi yang jelas dan konsisten akan sangat terarah
dan tersistematis dengan baik dan terlebih dari itu akan sulit untuk dibantah (kalau tidak dapat dikatakan "tidak dapat dibantah"). Pembaca pun akan mendapat pemahaman yang baik dan benar. Apakah dengan demikian, setiap orang yang membaca tulisan tersebut pasti setuju? Beta tidak menjaminnya, tapi beta bisa menjamin bahwa lawan debat yang tidak setuju akan sangat sulit (atau tidak bisa) mematahkan gagasan penulis karena definisi
yang konsisten merupakan pondasi yang kokoh bagi gagasan (gagasan disini adalah goal yang ingin dituangkan atau dicapai). Ini seperti anda
membangun rumah pasti membutuhkan pondasi kalau tidak maka sebuah rumah
tidak dapat di bangun. Begitu pentingnya definisi sehingga tak mungkin untuk di tolak,
atau definisi merupakan suatu keharusan dalam menuangkan suatu gagasan. Tidak
ada definisi atau kejelasan definisi, tidak ada gagasan karena yang ada hanya
kebingungan mutlak!
Kita sudah belajar apa pentingnya
definis. Tanpa definisi yang jelas dan konsisten maka perdebatan hanya akan berkutat pada level kebodohan. Hal menarik lainnya yang ingin beta sampaikan adalah sebagian dari kita menjadikan kamus sebagai otoritas untuk mendefinisikan sesuatu. Ketika kamus tertentu menjadi otoritas untuk mendefinisikan sesuatu, maka definisi yang lain akan dianggap salah. Ini suatu kesalahan yang sering kali terjadi. Kamus boleh di pakai sebagai pedoman, tapi bukan otoritas mutlak untuk mengadili definisi istilah/kata. Bahkan definisi istilah atau kata dalam kamus juga mengalami perubahan atau revisi, ditambah lagi sebuah buku kamus tidak pernah dapat memuat semua kata yang ada. Dan bahkan bahasa pun terus berkembang seturut perkembangan budaya. Tidak relevan jika kamus dijadikan sebagai otoritas mutlak bagi definisi. Setiap orang juga punya hak mendefinisikan sesuatu secara stipulatif (terkait "Definisi Stipulatif" bisa baca disini). Jadi hal yang terpenting bukan apakah definisi yang kita gunakan seturut kamus atau tidak, tapi apakah definisi tersebut kita gunakan secara konsisten logis atau tidak dalam gagasan tertentu.
Definisi bisa di sampaikan baik secara eksplisit maupun secara implisit dalam setiap tulisan mau pun gagasan tertentu. Ini hanya masalah gaya dari setiap penulis/penggagas. Yang pasti apapun tulisanya/materinya serta gaya menulis/penyampaian gagasan, kejelasan definisi adalah harga mati yang tidak mungkin di tolak, kecuali anda ingin masuk dalam lumpur kebodohan. Di akhir tulisan ini beta kutip apa yang Gordon Clark katakan terkait pentingnya definisi:
Definisi bisa di sampaikan baik secara eksplisit maupun secara implisit dalam setiap tulisan mau pun gagasan tertentu. Ini hanya masalah gaya dari setiap penulis/penggagas. Yang pasti apapun tulisanya/materinya serta gaya menulis/penyampaian gagasan, kejelasan definisi adalah harga mati yang tidak mungkin di tolak, kecuali anda ingin masuk dalam lumpur kebodohan. Di akhir tulisan ini beta kutip apa yang Gordon Clark katakan terkait pentingnya definisi:
Pada saat seseorang memutuskan untuk berbicara tentang
sesuatu hal, adalah menguntungkan untuk memahami apa yang hendak dibicarakan.
Dalam dialog awal Plato, Socrates mampu membuat lawan-lawannya bingung
karena mereka tidak paham apa yang mereka bicarakan. Protagoras tidak mampu
mendefinisikan virtue
(kebaikan moral). Euthypro tidak dapat mendefinisikan kesalehan, dan Lache, walaupun dia
seorang Jenderal Angkatan Bersenjata, tidak mampu mendefinisikan keberanian. Demikian juga filsuf pra
Sokrates gagal menguraikan misteri tentang gerak terutama karena mereka tidak paham apa itu gerak.
Gordon H.
Clark, The Works of Gordon Haddon Clark Volume 5, halaman 28 (http://whereisthewisdon.wordpress.com/2011/03/05/kutipan-gordon-h-clark-tentang-pentingnya-definisi/)
Komentar
Posting Komentar