Tentang “Genetic Fallacy” (Kesalahan berpikir Genetis)
Akhir – akhir ini sering sekali membaca komentar –
komentar maupun tulisan – tulisan di internet yang membahas tentang asal usul
istilah – istilah tertentu yang berasal dari budaya pagan. Yang menarik adalah
ada sebagian pembahasan yang menyimpulkan jangan menggunakan
istilah – istilah tersebut karena istilah – istilah tersebut berdasarkan
sejarahnya berasal dari budaya pagan. Kedengarannya rohani dan biasanya pembaca
awam akan begitu saja menerima atau membenarkan kesimpulan ini, namun ada
kesalahan disana yang bahkan sering tidak disadari penulis maupun pembaca yang
awam. Ini adalah suatu bentuk penyesatan pola pikir tertentu yang harus di
luruskan. Bertolak dari hal – hal tersebut beta berpikir perlu untuk membuat
tulisan agar dapat memberi penjelasan logis jika pembaca sekalian menemui
tulisan – tulisan semacam ini.
Berbagai tulisan terkait pembahasan ini banyak
terhampar diinternet dan dilakukan oleh berbagai macam pihak, baik oleh pihak
yang berbeda iman dengan Kristen maupun oleh orang Kristen sendiri bahkan tidak
jarang oleh para teolog kristen. Topik – topik pembahasannya antara lain;
istilah “Allah” berasal dari budaya pagan, untuk itu tidak boleh menggunakan
istilah tersebut”, istilah paskah berasal dari budaya pagan, untuk itu tidak
boleh menggunakan istilah tersebut”, Natal 25 desember berasal dari budaya
pagan, untuk itu tidak boleh menggunakan istilah dan merayakan Natal 25
desember”, ada juga istilah “Trinitas”,
“salib” dan istilah – istilah lain nya yang disinyalir diserap dari budaya pagan.
Berbagai pembahasan – pembahasan ini di kemas dengan apik dan ilmiah dengan
menyertakan berbagai bukti – bukti/data – data
sejarah yang detail. Itu bukan masalah dan bukan suatu yang salah, baik
juga untuk tambahan pengetahuan. Poin yang beta tidak setujui adalah
berkesimpulan tidak boleh menggunakan istilah – istilah tersebut karena berasal
dari budaya pagan. Ini adalah suatu kesalahan berpikir yang di sebut dengan
“Genetic fallacy”, yaitu menyalahkan sesuatu berdasar sumber atau asal usulnya.
Pertanyaannya adalah; kenapa hal tersebut merupakan kesalahan berpikir? Atau kenapa “Genetic fallacy” secara logis
adalah salah dan tidak boleh dilakukan jika anda mau berpikir dengan benar?
Kita asumsikan saja bahwa semua istilah – istilah tersebut
(yang beta sebutkan diatas) adalah berasal dari budaya pagan. Natur dari
kesalahan berpikir ini bisa dikatakan adalah argumen yang strawman (strawman
adalah menyerang yang bukan gagasan lawan debat). Kesalahan genetis menyerang “asal
mula” istilah tersebut. Coba perhatikan contoh berikut :
“[Kita
perlu mempertanyakan apakah orang yang memenangkan electoral college vote namun
tidak dipilih dalam popular vote pantas menjadi presiden karena] electroral
vote dikembangkan agar negara bagian di selatan bisa menghitung budak sebagai
3/5 manusia dan memastikan dominasi Negara-negara bagian tersebut dalam
pemilihan nasional di dekade awal Republik.” – Jesse Jackson
Electoral college (yang merupakan system yang ditetapkan
Undang-Undang Dasar dalam pemilihan presiden) saat itu mungkin memang
diciptakan oleh orang-orang yang memiliki motif yang salah, tetapi itu tidak
berarti bahwa saat ini electoral
college masih salah. Ada banyak faktor yang telah berubah saat ini. (The Fallacy Detective Hal. 27).
Sama halnya dengan istilah Allah,
Natal, Paskah, dll, istilah – istilah ini asal mulanya digunakan dalam budaya
pagan, tapi apakah istilah – istilah ini pun sekarang digunakan orang Kristen dengan
makna yang sama dengan asal mula istilah – istilah ini? Tentu tidak! Walau pun
istilah – istilah tersebut berasal dari budaya pagan, tapi tidak berarti orang
Kristen menggunakannnya dalam makna tersebut (budaya pagan). Faktanya istilah
Allah misalnya, bukan merujuk pada budaya pagan atau orang Kristen tidak menyembah
kepada setan, tapi justru istilah Allah digunakan merujuk pada sosok yang
menciptakan dan berkuasa atas langit dan bumi, kecuali anda (khususnya umat Kristen)
dapati bahwa istilah Allah digunakan dalam Alkitab merujuk pada setan atau untuk
menyembah setan, maka anda boleh menyalahkannya, bukan meyalahkan berdasarkan
sumber tapi karena kesamaan makna dengan sumbernya (bedakan ini baik – baik). Atau
Trinitas yang mirip dengan konsep para dewa pagan pun sama sekali bukan merujuk
pada pagan, karena faktanya Trinitas adalah deduksi valid dari Alkitab yang
merupakan gambaran Tuhan dalam kekristenan. Ketika istilah 'allah' pada awalnya
digunakan untuk menyembah pada setan, maka salah kalau kita menghukum isitilahnya,
karena perilaku penyembahan kepada setanlah yang salah. Kalau kita menyalahkan
istilahnya, maka kita sudah melakukan generalisir berlebihan, dimana istilah Allah
yang digunakan dalam kekristenan secara esensial tidak merujuk pada budaya
pagan tersebut. Hal senada juga dengan Natal 25 desember, orang Kristen bukan merayakan
kelahiran dewa matahari. Faktanya orang Kristen memaknainya sebagai
kelahiran Yesus Kristus Sang Juruselamat manusia. Apakah karena seorang “Hitler” adalah orang yang
sangat jahat dan kejam, maka kalau ada orang bernana Hitler pun pasti orang jahat
dan kejam? Yang jahat atau salah adalah (perilaku) orangnya, bukan namanya.
Yang berikutnya, ketika sekarang
melalui penelitian – penelitian sejarah dan didapati atau kita boleh memperoleh
pengetahuan bahwa istilah – istilah tertentu ternyata berasal dari budaya
pagan,
bagaimana dengan orang – orang yang belum tau pengetahuan ini sebelumnya tapi juga menggunakan istilah ini (tapi bukan merujuk pada budaya pagan), kita mau menentukan mereka berdosa atau tidak? Kalau berdosa, kesimpulan dari mana itu? Apakah Alkitab pernah mengatakan demikian? Silahkan anda periksa semua proposisi di Alkitab, sama sekali tidak ada satu ayatpun yang mendukung kesimpulan tersebut. Belum lagi tidak menutup kemugkinan masih ada istilah – istilah yang bisa jadi berasal dari budaya pagan tapi belum terdeteksi oleh ahli – ahli linguistik dan ahli sejarah, apakah kita mau bersandar suatu kebenaran pada penelitian tertentu? Atau menunggu para ahli menelitinya dulu atau bagaimana? Anda liat sendiri betapa kacaunya cara berpikir orang yang bersandar pengertiannya pada kesalahan “genetis” ini.
bagaimana dengan orang – orang yang belum tau pengetahuan ini sebelumnya tapi juga menggunakan istilah ini (tapi bukan merujuk pada budaya pagan), kita mau menentukan mereka berdosa atau tidak? Kalau berdosa, kesimpulan dari mana itu? Apakah Alkitab pernah mengatakan demikian? Silahkan anda periksa semua proposisi di Alkitab, sama sekali tidak ada satu ayatpun yang mendukung kesimpulan tersebut. Belum lagi tidak menutup kemugkinan masih ada istilah – istilah yang bisa jadi berasal dari budaya pagan tapi belum terdeteksi oleh ahli – ahli linguistik dan ahli sejarah, apakah kita mau bersandar suatu kebenaran pada penelitian tertentu? Atau menunggu para ahli menelitinya dulu atau bagaimana? Anda liat sendiri betapa kacaunya cara berpikir orang yang bersandar pengertiannya pada kesalahan “genetis” ini.
Hal lainnya lagi, secara logis
setiap orang berhak ,mendefinisikan kata/istilah apapun juga secara stipulatif.
Artinya sepanjang orang tersebut mennggunakannya secara konsisten atau dapat
dipertanggung-jawabkan secara logis itu boleh dilakukan. Lucunya para pecinta
genetis ini secara definitif menyempitkan makna istilah – istilah tertentu
hanya berdasarkan sumber atau asal mulanya. Misalnya istilah Allah adalah bersumber dari nama
dewa pagan, maka pecinta genetis ini tidak menerima bahwa istilah Allah boleh
didefinisikan sebagai sosok yang menciptakan dan berkuasa atas langit dan bumi.
Apa hak kita menyalahkan orang lain memaknai (mendefinisikan) kata/istilah tertentu
sepanjang itu bisa dipertanggung-jawabkan secara logis? Kesalahan para pencinta
genetis ini adalah bukan menyerang “esensi” apa dari istilah tertentu, tapi
menyalahkan/mempermasalahkan istilahnya. Ini suatu kebodohan yang tak terkira, apa lagi ini
dilakukan oleh seorang teolog.
Pembaca sekalian, kita sudah
belajar apa itu “genetic fallacy”, kenapa salah jika berpikir demikian dan apa
implikasinya jika berpegang pada kesalahan genetis. Beta cukupkan tulisan ini
sampai disini. Jika anda menemui tulisan – tulisan atau komentar – komentar dari
orang – orang yang bersandar pada kesalahan genetis ini, tentunya anda tidak akan
mudah menjadi bingung atau terjebak dalam lumpur kesesatan berpikir seperti
mereka. Semoga tulisan ini memberi pengertian
bagi pembaca sekalian dan anda sekalian tercerahkan. Tuhan Yesus memberkati.
Kata 'Logos' yang digunakan dalam Kitab Yohanes berasal dari filsafat Yunani, tetapi dalam Kitab Yohanes digunakan dengan pengertian yang bertentangan dengan filsafat Yunani. Jadi kalau orang-orang ini menolak penggunaan istilah yang tidak berasal dari kaum pagan, maka Alkitab harus ditolak. :D
BalasHapusTelak papa! 😃
HapusIni ilmu yg bermanfaat untuk sy.. thanks kk Ivan sudah mau berbagi ilmunya... Beta akhir2 ini menjadi tertarik belajar hukum2 logika, browsing di internet dan puji Tuhan dapat tulisan..... Sepertinya beta butuh rekomendasi sumber literatur dari k Ivan untuk memperkaya wawasan beta tentang Ilmu Logika ini kk... ?
BalasHapusMungkin kk bs rekomendasikan buku2 apa yg bagus, yg menulis tentang logika kk?
utk buku2, terus terang beta blm temukan buku maupun tulisan2 di internet yg bagus dlm bahas logika (buku2 berbahasa indonesia). Buku tentang logika yg bagus itu buku2 dr luar, tp itu jg sedikit sekali. Yg beta pelajari melalui tulisan2 Gordon Clark. Sejauh ini menurut bta ini yg terbaik utk belajar logika. Beta belajar melalui terjemahan2 buku Clark yg diterjemahkan oleh papa Ma Kuru, krn memang hny dia satu2nya org yg terjemahakan buku2nya Clark. bro bs dapatkan bukunya disini: https://clarklogic.wordpress.com/cara-dapatkan-buku/
Hapus