ASAL MENGATAKAN ‘BODOH’ ADALAH AD HOMINEM? ARE YOU KIDDING ME? (Kisruh “Ad Hominem”)
Ad Hominem sangat familiar di telinga orang – orang yang
terbiasa bekecimpung dalam diskusi/debat. Ad Hominem merupakan salah satu istilah sesat pikir informal dalam
ilmu logika. Disamping ada banyak juga sesat pikir (logical fallacy) lainnya,
nampaknya Ad Hominem lebih populer, bahkan mungkin orang yang baru belajar
berdiskusi pun akan cepat mengenal Ad Hominem. Singkatnya Ad Hominem
adalah Menyerang karakter lawan debat dan bukan menyerang argumen lawan debat.
Serangan ini berupa penyerangan pribadi atau karakter lawan debat dan tidak
menyentuh isi dari argumen lawan debat. Ad hominem mirip dengan Red Herring
yang adalah juga bentuk pengalihan isu, tapi dialihkan dengan menyerang
karakter lawan debat. Sesederhana ini lah Ad Hominem dan kelihatannya orang
mudah saja untuk bisa memahaminya. Lalu apa yang istimewa sehingga beta harus
susah payah menulisnya lagi? Bukan kah di berbagai buku logika dan bahkan anda
tinggal mencarinya di google pun bisa dapat informasinya disana. Tapi tunggu
dulu teman, beta mendapati pendebat yang suka menggunakan istilah ini dengan
tidak tepat atau salah kaprah. Masalahnya mereka hanya tidak benar – benar
memahami apa itu Ad Hominem. Untuk mempermudah anda mengenali bentuk Ad Hominem
seperti apa, beta akan tampilkan dalam sebuah diskusi fiktif yang akan kita
nilai. Dari diskusi fiktif ini bisa juga
terkait dengan sesat pikir yang lainnya, mengingat sifat dari sesat pikir
informal bisa bertumpuk – tumpuk pada satu argumen tertentu. Beta akan beri penomoran untuk setiap
komentar – komentar dalam diskusi tersebut untuk mempermudah kita menilai
komentar per komentarnya.
- Pius : Saya percaya Allah menetapkan segala sesuatu termasuk menetapkan dosa, karena tidak ada yang diluar dari Allah.
- Ayu : Maaf teman, saya harus jujur bahwa anda belum punya kapasitas yang cukup untuk membahas hal ini. Argumen anda lemah sekali dan tidak relevan dengan isi Alkitab. Maaf, kalau boleh saya sarankan anda perlu banyak belajar lagi. Maaf ya.. :)
- Pius :kalau begitu tolong jelaskan pada saya Ayu. Thx
- Ayu: Maaf, saya mengerti anda sulit paham hal ini, mengingat anda juga bukan seorang sarjana teologi. Yang perlu anda lakukan sekarang adalah baca Alkitab dan pelajari kemudian merenungkan lah, saya yakin Roh Kudus akan membuka mata hati dan pikiran anda :)
- Pius: Anda tidak menunjukan kesalahan saya, tapi malah bicara hal lainnya Ayu. Anda sok sekali!
- Ayu: Tidak apa – apa anda katakan saya sok. Saya hanya perihatin dengan anda dan menyarankan anda untuk belajar dan merenung lagi. Semoga Tuhan memberikan anda pengertian.
- Pius: Anda ini bodoh atau apa? Saya tidak tau salah saya dimana kalau anda tidak jelaskan pada saya!
- Ayu: Apakah terlalu sulit untuk bisa memahami perkataan saya agar anda belajar lagi dan merenung Pius? Ini kenapa saya memahami kapasitas nalar anda. Maaf, saya harus jujur mengataknnya karena kebenaran memang menyakitkan. Oh iya, terimakasih sudah mengatakan saya bodoh, saya memafkan anda :)
- Pius: Jelas anda bodoh karena mengalihkan isu disini. Masa anda hanya bisa mengatakan saya salah, tapi anda tidak memberitahu kesalahan saya? Goblok sekali anda ini!
- Ayu: Anda sudah menunjukan karakter orang NTT yang kasar dan tidak tau sopan santun. Semoga Tuhan mengampuni perilaku anda ini Pius. Saya berdoa untuk anda.
- Pius: ahhh bangsat kau! Anda ini sok suci saja! Anda kan yang waktu itu terjerat kasus korupsi?! Jangan sok suci lah!
- Perhatikan komentar Ayu nomer 2, 4, 6 dan 8. Yang menarik adalah; kelihatannya Ayu cukup sopan dan santun dalam berbahasa, tapi sebenarnya secara terang – terangan Ayu telah menyerang karakter Pius. Ayu hanya mengklaim bahwa argumen Pius lemah tapi tidak menampilkan argumen bantahan, kemudian diikuti dengan pengalihan isu (red Herring) terhadap isu yang Pius angkat dengan membahas hal lainnya yaitu soal kapasitas Pius atau merendahkan Pius. Tentu saja ini berakibat Ayu melakukan Ad Hominem terhadap Pius. Kasus – kasus ini sering terjadi dalam diskusi – diskusi formal dan informal. Ternyata perilaku seperti ini adalah bentuk serangan Ad Hominem juga, tapi dilakukan dengan cara yang lebih halus.
- Sekarang kita lihat komentar nomer 5, 7 dan 9. Ada pengertian keliru oleh sebagian orang, bahwa Ad Hominem dikaitkan dengan penggunaan kata – kata yang dianggap kasar. Komentar – komentar Pius ini nampaknya kasar karena menggunakan kata – kata ‘sok’, ‘bodoh’ dan ‘goblok’. Mungkin sebagian orang akan berpikir bahwa Pius kurang etis dalam berdiskusi karena menggunakan kata – kata tersebut. Pada hal kalau anda cermati dengan seksama, sama sekali Pius tidak melakukan Ad Hominem atau Pius tidak melanggar sopan santun atau etika apa pun. Penggunaan kata –kata tersebut bukan Pius gunakan untuk merendahkan Ayu atau menyerang karakter Ayu. Pius Jelas menunjukan kebodohan Ayu dalam berdiskusi. Jadi, cara ayu berdiskusi adalah memang salah dan bodoh. Pius tidak harus menjadi pihak yang bersalah, karena letak kebodohan ada pada Ayu. Maka dari sini kita sudah paham bahwa bukan persoalan penggunaan kata – kata tersebut, tapi harus diperhatikan penggunaannya karena apa, atau apa Justifikasinya/argumennya, atau apakah digunakan dengan tepat atau tidak.
- Berikutnya, perhatikan komentar nomer 10. Nah, komentar ayu ini biasanya mudah untuk kita identifikasikan sebagai Ad Hominem. Ayu menyinggung soal suku yang tidak ada hubungan dengan isu yang Pius angkat. Jelas ini Abusive Ad Hominem.
- Terakhir, komentar Pius nomer 11. Pada komentar atau tanggapan Pius yang terakhir ini baru kita bisa katakan sebagai Ad Hominem. Mungkin karena sudah emosional dengan perilaku Ayu, maka Pius pun melakukan Ad Hominem terhadap Ayu. Perhatikan, Pius bukan menunjukan kesalahan Ayu dalam diskusi tersebut malah menyinggung hal lainnya yang sama sekali tidak berhubungan dengan isu yang Pius angkat sendiri. Entah benar atau tidak Ayu melakukan korupsi, tidak ada hubungan dengan isu yang dibahas. Kesalahan Pius pada komentar nomer 11 ini sama dengan yang dilakukan Ayu pada komentar nomer 2, 4, 6 dan 8. Hanya saja Ayu melakukannya secara halus, berbeda dengan Pius yang blak – blakan, namun demikian nilai kesalahannya sama saja.
Komentar
Posting Komentar