KEBENARAN VS KEDAMAIAN

Alkisah di suatu negeri yang berlimpah gandum dan madu, terdapatlah kerajaan Sinai. Tersebut lah seorang pencuri yang bernama Jarilidi. Jarilidi sangat tersohor di negeri itu karna kekayaannya yang melimpah. Namun demikian, kekayaan Jarilidi didapat dari hasil mencuri selama bertahun-tahun tapi tidak pernah bisa dibuktikan. Kalau pun ada orang yang mengetahuinya, mereka memilih untuk diam dan tidak mau berurusan dengan hal tersebut. Entah takut mau pun malu hati, Jarilidi memang sangat berpengaruh di negeri itu dan juga menjabati posisi yang cukup sentral di kerajaan, dimana bahkan raja pun tidak berkutik oleh karena Jarilidi. Suatu hari Jarilidi tertangkap basah mencuri dan membawa emas kerajaan yang dia sembunyikan di gudang bawah tanah di rumahnya (RUPANYA SUDAH SEJAK LAMA JARILIDI BERNIAT BUSUK UNTUK MENCURI EMAS KERAJAAN YANG TAK TERNILAI ITU). Atas hal tersebut, maka para pengawal menangkapnya dan membawanya ke hadapan raja untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Hadir juga para pejabat kerajaan untuk turut menyaksikan pengadilan Jarilidi. Kemudian raja pun berkata:  "Jarilidi, benarkah kamu mencuri emas kerajaan?", dengan wajah memelas Jarilidi mengangkat kepala nya dan berkata: "ijinkanlah hamba memberi penjelasan dahulu paduka raja". "Silahkan Jarilidi", kata raja. "Sebelumnya hamba memohon ampun atas kekhilafan hamba paduka raja, hamba tidak pernah bermaksud sedikit pun mencuri emas kerajaan. Hamba memang mengambilnya, tapi hamba terpaksa lakukan hal tersebut untuk menyelamatkan emas kerajaan". Ruangan pun menjadi riuh oleh para pejabat yang hadir. Raja pun berkata: "diharapkan kita semua tenang dulu. Jarilidi, apa maksud mu?". Jarilidi pun melanjutkan penjelasannya. "Jadi begini paduka raja, hamba mendengar isu bahwa ada diantar kita yang akan mencuri emas kerajaan, namun kalau hamba menyampaikan hal ini kepada paduka raja, maka akan menimbulkan keributan dan kekacauan, oleh karena itu hamba berinisiatif untuk menyelamatkan emas kerajaan dengan mengambilnya secara diam-diam tanpa sepengetahuan paduka raja. Hamba memang sepenuhnya bersalah paduka raja, hamba minta ampun (sambil mencium kaki raja) dan hamba menyesal telah melakukannya". Maka timbul lah pro kontra diantara pejabat yang menghadiri pengadilan tersebut. Salah seorang pejabat maju dan berkata: "paduka raja ijinkan hamba berbicara!". Silahkan, kata raja. "Jarilidi, saya pikir anda seorang yang paham tata aturan kerajaan, sangat tidak masuk akal jika anda melakukan hal tersebut dengan alasan demikian. Sudah sejak lama kami mengamati perilaku anda ini, tapi sekarang baru terbukti. Nah, bukti sudah jelas, ada saksi mata yang menyaksikannya, bagaimana bisa anda masih mengelak dengan alasan yang tidak masuk akal Jarilidi?". Jarilidi pun berkata: "saya memang bersalah dan saya sudah menjelaskan semuanya, untuk itu yang kesekian kalinya saya minta maaf kepada raja dan hadirin sekalian (dengan wajah tertunduk)". Beberapa pejabat yang lainnya pun berbicara hala yang sama, yaitu meminta kejujuran dan pertanggung-jawaban Jarilidi, dan ruangan pun menjadi sedikit ribut. Kemudian seorang seorang pejabat sekaligus sahabat dekat Jarilidi maju dan berkata: "paduka raja dan para pejabat sekalian, Jarilidi sudah dengan berbesar hati dan dengan kerendahan hati meminta maaf berulang kali kepada kita semua, sungguh keterlaluan dan tidak etis kalau kita tidak memberi pengampunan kepada dia. Jangan karna kejadian ini merusak segala kebersamaan kita yang sudah terjalin dengan penuh kedamaian selama ini. Kita maafkan saja Jarilidi, toh dia sudah menyesali perbuatannya yang bahkan dia lakukan itu pun untuk menyelamatkan emas kerajaan". Siapa diantara kita yang tidak pernah bersalah? Kita semua pun pernah buat salah. Jangan kita terus menghakimi Jarilidi yang bahkan sudah terus menerus minta maaf kepada kita. Apakah itu tidak cukup saudara/i sekalian????!!! Jadi saya harap kita jangan memperbesar masalah ini dan memperkeruh suasana menjadi tambah runyam. Jika Tuhan saja mengampuni, maka kita pun harus mengampuni!" Semua hadirin pun terdiam dan tidak ada yang berbicara. Kemudian, raja pun bicara: "baiklah, semua sudah jelas. Saya akan ampuni Jarilidi. Jangan lagi kau ulangi perbuatan mu itu Jarilidi! Sidang saya tutup!

Demikianlah cara menegakan kebenaran di kerajaan Sinai
. Kita akan lebih "malu hati" terhadap teman/atasan/rekan kerja/saudara dari pada "malu hati" terhadap KEBENARAN. Kita pun cenderung menutupi KEBENARAN demi terciptanya "KEDAMAIAN" atau untuk mengindari kekacauan dan perpecahan. Rupanya menurut dunia "PERDAMAIAN" merupakan kontradiksi dari KEBENARAN. Jika kau inginkan perdamaian maka tinggalkan kebenaran, dan jika kau inginkan kebenaran maka siap-siap dianggap sebagai bukan pembawa damai atau biang kekacauan. Wahai dunia, jika KEDAMAIAN seperti ini yang kalian inginkan, maka camkanlah apa yang Yesus Sang Raja DAMAI itu katakan:

"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang" (Matius 10:34).


Perhatikan bahwa beta tidak sedang mengatakan bahwa kedamaian adalah suatu kesalahan, tapi beta sedang menunjukan kedamaian semu yg dunia inginkan. Hal lainnya sebagian orang menganggap bahwa memberi maaf berarti orang tersebut lepas dari kesalahan atau tidak perlu mempertanggung-jawabkan kesalahannya. Jelas ini suatu kebodohan tak terhingga! Selamat hari minggu, Tuhan Yesus memberkati.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ORANG - ORANG POTENSIAL DALAM GEREJA HARUS 'DIMAKSIMALKAN' BUKAN 'DIMANFAATKAN'

APAKAH DENGAN MENGATAKAN KEBENARAN KEPADAMU, AKU TELAH MENJADI MUSUHMU? (Menanggapi tulisan Pdt. Norman M. Nenohai)

Teologi Kidung Jemaat