Belajar jurus "Reductio Ad Absurdum" dan beberapa kesalahan logika dari kasus Ahok

Terkait perkataan Nusron membela Ahok, perihal tingkah strawmen pihak sebelah dalam memelintir maksud Ahok ini menarik! Ada yang di sebut dengan "Reductio Ad Absurdum", yaitu ; menggunakan argumen lawan debat atau menyetujui argumen lawan debat untuk menunjukan kelemahan argumennya. Nusron katakan "Ahok lah yang paling tau apa maksud perkataannya menyinggung ayat Al Madiah 51 tsb", dan menimbulkan reaksi ketidak-setujuan dengan argumen Nusron oleh berbagai pihak. Entah paham atau tidak, mereka menggunakan teknik reductio ad absurdum ( di kenal juga dengan "Logical ad Hominem") untuk menunjukan kelemahan argumen Nusron dengan menggunakan berbagai macam analogi, misalnya analogi "Yang paling tau tentang skripsi adalah mahasiswa itu sendiri
, bukan dosen pembimbing", "terjemahan "apa yg anda pikirkan" dalam bahasa inggris, yang paling tau adalah pihak facebook", dll. Untuk lebih mempermudah anda mengenali reductio ad absurdum, beta akan berikan dalam contoh sederhana dalam dialog berikut:

Ivan  : Esta, semua manusia (tanpa terkecuali) adalah berdosa, jangan kamu hakimi dia!
Esta  : Jadi salah kah kalau beta menunjukan kesalahan orang ini?
Ivan  : iya, Esta salah kalau berbuat demikian! Hanya Tuhan yang boleh menghakimi dia.
Esta  : oke baiklah, kalau begitu Ivan adalah Tuhan dong!
Ivan  : Maksudnya????
Esta  : Ivan boleh menghakimi beta
Ivan  : Menghakimi bagaimana????
Esta  : Lah kan ivan sedang menunjukan kesalahan beta, gimana sihh?!!     
Ivan  : ohhh ahh mmm....@#%%
 ##**% 😰

Diatas adalah contoh sederhana, dimana Esta menunjukan kelemahan argumen Ivan dengan menggunakan jurus "Reductio Ad Absurdum" yaitu sengaja atau pura- pura menyetujui argumen Ivan untuk menunjukan kelemahan argumen Ivan. Sudah bisa paham apa itu reductio ad absurdum kan? Baik, kita kembali pada kasus Ahok. Sedikit berbeda dengan kasus Ahok, pihak lawan (kontra Ahok dan Nusron) menggunakan jurus reductio ad absurdum dengan contoh lain (analogi) untuk menunjukan kesalahan/kelemahan posisi Nusron. Dalam berargumen, beta termasuk yang suka pakai teknik ini ketika berdebat. Yang perlu diperhatikan adalah ketika menggunakan analogi, maka pemilihan ilustrasi (analogi) tersebut harus sama makna (setidaknya sejauh makna yang kita inginkan) dengan kondisi argumen lawan yang hendak kita tanggapi. Namun ini tidak akan berhasil jika anda gagal menunjukan ciri khas yang sama dari argumen lawan yang ingin anda  kritisi (false analogy). 

Baik, kita lanjut.  Sebelum kita masuk lebih jauh terkait isu ini, beta perlu menjelaskan terlebih dahulu terkait keharusan orang memahami maksud lawan bicara agar tidak salah kaprah terhadap gagasan lawan bicara kita. Ada yang di sebut dengan strawmen. Strawmen adalah: kesalahan logika menyerang yang bukan gagasan lawan debat/diskusi atau seolah-olah atau mengira itu gagasan lawan debat, pada hal bukan. Contoh: 

Esta  : Jessica itu siapa?
Ivan  : ohh itu klien saya di kantor say.
Esta  : jangan bohong! Dia pasti selingkuhan kamu! 
(Diasumsikan bahwa benar Jessica itu klien Ivan). 

Disini Esta sudah melakukan strawmen, dengan melebih-lebihkan fakta sebenarnya, seolah-olah adalah benar. Dalam kasus pernyataan Ahok terkait surat Al Maidah 51 pembaca sudah banyak membaca terkait tingkah strawmen "pihak sebelah" (kontra Ahok) terhadap maksud Ahok. Kita tidak lebih jauh membahas hal tersebut. Yang ingin beta sampaikan adalah penting kita mengetahui maksud sebenarnya dari pemilik gagasan agar minimal kita tidak terjebak dalam perangkap strawmen. Kenapa demikian? Karena kita adalah manusia biasa yang tidak tau segalanya atau tidak memiliki segala informasi (proposisi) yang memadai untuk dapat menarik kesimpulan secara valid dalam suatu isu, kita juga bukan Tuhan yang tau segala isi hati dan pikiran seseorang. Maka penting untuk meminta klarifikasi lebih lanjut dari pemilik gagasan. Dalam debat formal, ada babak pertanyaan klarifikasi. Biasanya ada di babak kedua setelah kedua pendebat memberi pernyataan pembuka, di babak awal. Pada bagian ini, pendebat akan saling bertanya meminta klarifikasi terkait hal-hal yang belum di pahami atau terkait definisi istilah-istilah tertentu yang di gunakan lawan debat, agar ketika memberi tanggapan nanti diharapkan tidak terjadi yang namanya strawmen. 

Nah, kita sudah belajar pentingnya mengetahui gagasan orang yang ingin kita tanggapi. Kita lanjutkan terkait jurus reductio pihak kontra Ahok terhadap Nusron Wahid. Apakah pihak kontra Ahok sudah benar-benar menyerang argumen Nusron atau tidak? Beta pun sebenarnya perlu mengklarifikasi apa presuposisi Nusron ketika mengatakan: "Yang paling tau maksud Ahok ya Ahok sendiri", tapi jika maksud Nusron untuk menghindari terjadinya strawmen seperti yang beta ulas diatas, maka beta akan menjelaskannya dalam posisi ini. Tapi kalau tidak, maka kita akan bahas hal tersebut di lain kesempatan kalau memungkinkan (maksudnya kalau kita dapat informasi lagi terkait presuposisi Nusron). Jadi kita asumsikan saja maksud Nusron untuk menghindari strawmen seperti yang sudah beta sampaikan diatas. 

Mari kita langsung membahas jurus reductio para kontra Ahok yang sudah beta sampaikan di awal. Untuk ilustrasi "Yang paling tau tentang skripsi adalah mahasiswa itu sendiri, bukan dosen pembimbing", tidak beta bahas karena terlalu mencolok kekonyolan argumen ini, terutama terkait situasi yang jauh berbeda antara kondisi Ahok dan kondisi Mahasiswa skripsi. Jadi kita bahas ilusrasi "Terjemahan "apa yg anda pikirkan" dalam bahasa inggris, yang paling tau adalah pihak facebook". Jika ilustrasi ini tidak analog terhadap pernyataan Nusron : "Yang paling tau maksud Ahok ya Ahok sendiri", maka dengan sendirinya ilusrasi ini menderita kesalahan logika "False Analogy" yang bisa jadi diakibatkan juga oleh perilaku "strawmen" mereka. Tapi tentu saja masih akan kita nilai terlebih sebentar. (catatan: dalam kesalahan logika informal bisa terjadi bertumpuk-tumpuk kesalahan logika pada satu argumen). Membaca paragraf-paragraf sebelumnya dari tulsan ini, nampaknya pembaca sudah dapat dengan mudah untuk menilai dimana letak false analogy dari ilustrasi status facebook tersebut. Pada paragraf kedua sudah beta sampaikan terkait pentingnya meminta klarifikasi agar kita tidak menjadi strawmen. Apakah dalam kasus Ahok perlu diminta klarifikasi? Tentu saja perlu! Karena kita tidak benar-benat tau apa maksud Ahok sebenarnya dengan berkata demikian. Lalu apakah untuk ilustrasi status facebook tersebut perlu diminta klafikasi ke pihak facebook? Tidak perlu! Facebook ada di seluruh dunia dan telah di terjemahkan dalam berbagai bahasa oleh pihak facebook sendiri. Artinya tidak perlu meminta klarifikasi apa-apa pada pihak facebook karena segala informasi yang kita butuhkan terkait hal ini sudah disajikan oleh pihak facebook. Maka jelas ilustrasi tersebut menderita false analogy. Kalau sudah demikian, pihak kontra Ahok jelas gagal mendaratkan jurus reductio ad absurdum dengan baik untuk membantah pernyataan Nusron Wahid tersebut. 

Terakhir, terkait analogi. Jika anda ingin melakukan analogi tertentu terhadap suatu kasus, maka anda harus memastikan bahwa analogi anda tersebut benar-benar sudah menggambarkan kondisi real dari isu/kasus yang ingin anda analogika-kan. Namun demikian, sifat dari analogi adalah tidak dapat benar-benar menggambarkan kondisi sebenarnya (namanya juga analogi), tapi setidaknya hal-hal prinsip dari kondisi sebenarnya harus benar-benar tergambar dalam analogi tersebut.  Sekian dan terima kasih. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ORANG - ORANG POTENSIAL DALAM GEREJA HARUS 'DIMAKSIMALKAN' BUKAN 'DIMANFAATKAN'

APAKAH DENGAN MENGATAKAN KEBENARAN KEPADAMU, AKU TELAH MENJADI MUSUHMU? (Menanggapi tulisan Pdt. Norman M. Nenohai)

Teologi Kidung Jemaat