DEMI KEBEBASAN BERPIKIR, KAU KU SEBUT SAJA AN**NG!
Berikut adalah salinan diskusi
beta di facebook dengan seseorang bernama Andi Safiah disini. Ini adalah diskusi lanjutan
kami yang sebelumnya dilakukan disini. Dibawah salinan diskusi kami beta akan
berikan tanggapan terakhir beta. Silahkan disimak.
Andi Safiah: Yth; Ivan Bartels
Jawaban saya atas pertanyaan anda disalah satu
tread diskusi di wall saya.
By Definisi maksud Ivan Bartels, kalau itu simple
saja.
Pengertian berpikir; berpikir adalah sebuah sikap
mental yang muncul secara alamiah, karena manusia memang by nature adalah
species yang berpikir, lewat apa lewat interaksi dia dengan realitas alam dan
jika sudah masuk pada realm berpikir maka disana kita akan berselancar pada
dunia unknow, uncertain, and full of surprise.
Jadi jangan membatasi pikiranmu oleh alasan apapun.
Sementara pengertian bertindak adalah sebuah
sikap mental yang berwujud dalam aksi, misalkan saya mengendarai mobil
"mengendarai" adalah sebuah tindakan.
Jadi kalau saya lagi mengendarai mobil trus saya
nabrak orang lalu mati, maka tindakan saya harus di hukum karena mengakibatkan
orang mati.
Berbeda dengan saat saya mengatakan bahwa
"Islam itu sampah" ini adalah aktivitas berpikir dan tidak akan ada
yang mati hanya karena saya menulis "Islam itu sampah".
Apakah ini bisa memberikan sedikit gambaran pada
Ivan Bartels soal apa yang saya pahami tentang "Berpikir" dan
"Bertindak".
Ivan Bartels: Baik, beta ikuti alur andi. Jd semua hal yg masih dlm area
berpikir (blm bertindak) adalah tidak salah entah itu argumentatif atau tidak?
Tolong konfirmasi ini. Thx.
Ivan Bartels: Argumentatif diatas beta merujuk pd konsisten menggunakan
kaidah2 logika.
Andi Safiah: Ivan Bartels, kalau masih kurang jelas bisa langsung ajukan pertanyaan atau bantahan, tentu saja menurut kaidah dan logika yang valid dan testable.
#Itusaja!
Ivan Bartels: Andi, beta sdh tanya diatas, tp blm dijawab. Tinggal jawab
ya atau tidak. Thx
Andi Safiah: Yups, karena argument tidak bisa dihukum, begitupun opinion atau idea.
Ivan Bartels: Well, sdh cukup jelas bagi beta
bagaimana gagasan andi.
Ok Andi, beta sudah selesai dengan anda. Beta akn buat tanggapan beta dlm tulisan di blog beta yg akan beta share kesini. Thx
Ok Andi, beta sudah selesai dengan anda. Beta akn buat tanggapan beta dlm tulisan di blog beta yg akan beta share kesini. Thx
Andi Safiah: Ditunggu tanggapan lengkapnya Ivan Bartels.
Ivan Bartels: Sebelumnya
beta minta maaf baru bisa tanggapi Andi sekarang. Ada beberapa kesibukan plus
beta sempat lupa diskusi kita ini. Baik, beta akan buat tanggapan terakhir
untuk Andi. Menarik bahwa menurut Andi “PIKIRAN TIDAK DAPAT DIBATASI OLEH ALASAN APA
PUN” (beta garis bawahi ini). Andi juga tidak memperdulikan argumen
seseorang valid atau tidak, sepanjang belum atau pikiran tersebut belum
tertuang dalam TINDAKAN. Misalnya jika seseorang mengancam ingin membunuh orang
lain, maka menurut Andi itu tdk (atau setidaknya belum) salah kecuali jika
ancaman tersebut sudah dia nyatakan dalam tindakan membunuh, baru dikatakan
salah (analog dengan contoh Andi mobil menabrak orang). Beta tidak tau Andi
belajar dimana konsep seperti ini tapi tidak apa-apa, kita lihat lebih jauh apa
akibat jika kita berpegang pada pandangan Andi ini.
Apakah Andi pernah
belajar soal Argumentum Ad Hominem atau tidak, beta tidak tau, tapi perlu
diketahuai bahwa Argumentum Ad Hominem
adalah bentuk penyerangan karakter atau pribadi seseorang. Bentuk-bentuk Ad
Hominem bisa berupa makian, penghinaan dan pencemaran nama baik. Ad Hominem ini
bukan tindakan membunuh, mencuri, memperkosa dll yang merupakan TINDAKAN, tapi
ad hominem ini masih dalam tataran atau merupakan aktifitas berpikir. Di lihat Dari
aspek HAM, makian dan penghinaan adalah suatu bentuk pelanggaran akan hak hidup
orang lain. Jadi kalau kita ikuti pandangan Andi, maka boleh memaki, menghina
dan menjelekan orang lain. Toh itu masih sebatas pikiran atau pendapat yang
tidak boleh dibatasi oleh apa pun.
Ternyata Andi yang nampaknya sangat menekankan soal
validitas metode penelitian, datable yang ilmiah-ilmiah itu, tidak perduli dengan argumen
yang valid atau tidak , asalkan masih sebatas pendapat maka itu tidak dapat
disalahkan. Terlihat dari komentar Andi berikut :“Yups, karena argument tidak bisa dihukum, begitupun opinion atau idea”.
Tapi menjadi kontras ketika diatas Andi malah mempersilahkan beta bertanya dan
memberikan bantahan yang “menurut kaidah
dan logika yang valid dan testable”. Beta tidak tau sejauh mana Andi paham
soal argumen yang valid dan sound, tapi contoh beta diatas soal Ad Hominem
tersebut adalah bentuk kesalahan logika informal yang merupakan kekeliruan
berargumen, tapi tentu saja dalam aspek hukum ad hominem adalah merupakan
pelanggaran hukum. Dan itu baru satu kesalahan logika, belum lagi kesalahan –
kesalahan (informal) logika lainnya seperti strawman, red herring, Tu Quoque,
dan lain sebagainya ditambah lagi dengan
kesalahan logika formal terkait konstruk argumen dari premis-premis sampai kesimpulan (walau beta sedikit ragu Andi paham hal ini), yang ternyata tidak diperdulikan oleh Andi yang sangat
ilmiah ini. Ahhh tentu saja beta tidak heran dengan perilaku ini, karna
perilaku Andi ini sudah sering beta temui berulang kali selama beta berdebat
kesana kemari beberapa tahun ini. Ini memang penyakit akut para pengagum sains.
Tapi tidak apa-apa, itu pendapat Andi yang harus beta hormati. Karena menurut Andi pemikiran tidak dapat dihukum, maka sebagai
wujud penghormatan beta terhadap pandangan/pemikiran Andi ini, beta ingin mengikuti
pandangannya dengan mengatakan: “ Andi Safiah adalah seorang ho*o yang tidak
keberatan bercinta dengan seek*r An**ng”. Selamat Andi, pandangan mu benar - benar mengagumkan. Tosssssss...
Terima kasih.
Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar