DUA HAL YANG PERLU DIKETAHUI OLEH PENGGUNA JASA TENTANG PEMAIN KEYBOARD

Berikut dua hal yang tidak dipahami sebagian orang dalam menggunakan jasa pemain keyboard diberbagai event:
1.      Buat musik (midi per-track, bukan midi yang dibuat dari style yang sudah ada) jauh “lebih sulit" dari pada main live. Beta punya pengalaman dapat job di event tertentu. Karena beta tidak bisa hadir, maka beta buatkan musiknya (berupa midi dan di-convert ke MP3), sehingga penyanyi tinggal memutar musiknya dan bernyanyi (sama dengan karoke). Disaat yang sama ada teman pemain keyboard yang juga main di acara tersebut, dia main live. Kira-kira jumlah lagu yang dia main sama banyak dengan jumlah lagu yang beta kerjakan musiknya. Yang menarik adalah jumlah (Rp) bayaran dia lebih besar dari pada jumlah bayaran ke beta. Mungkin pemilik acara berpikir bahwa; karena beta tidak hadir di acara tersebut, maka jumlah bayaran beta lebih kecil dari pemain keyboard lainnya yang hadir di acara tersebut. Btw, beta tidak sedang menggugat soal jumlah bayaran, bukan itu poin beta walau diakhir bahasan ini beta akan sedikit menyinggung hal ini. 
    Tapi tunggu dulu, akan ada pertanyaan; “Kenapa buat musik lebih sulit dari main live?” Ini yang perlu dijawab diawal pembahasan ini. Beta tidak bermaksud mengatakan main live itu gampang dan mudah. Main live juga mempunyai kesulitan tersendiri, apa lagi buat beta yang sebenarnya tidak terbiasa main live (maksudnya main menggunakan style dari keyboard) sering kesulitan kalau main live (baik itu terkait pemilihan style mau pun terkait kecepatan dan ketepatan operasi tool-tool keyboard  selain tuts keyboard pada saat musik sedang berjalan) dan selain itu main live harus minim kesalahan agar tidak mengganggu penyanyi pada saat bernyanyi. Belum lagi jika ada spontanitas menyanyikan lagu tertentu yang belum dilatih sebelumnya, ini juga sering membuat pemain keyboard yang live kelabakan. Kira – kira demikian kesulitan – kesulitan yang dihadapi pemain keyboard yang live. Lalu bagaimana dengan kesulitan dalam membuat musik (midi)? Kesulitan yang beta tekankan disini adalah terkait KETELITIAN dan KESABARAN. Apa maksudnya ketelitian dan kesabaran? Let me explain; Problem mendasar dari membuat musik (midi) adalah tidak perduli seberapa mudah lagu tersebut, tetap saja akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengerjakannya. Kok bisa begitu???? Biasanya sebuah lagu terdiri dari 5 jenis instrumen musik (namun bisa juga lebih tergantung kebutuhan lagu dan bentuk aransemennya bagaimana). Misalnya kita akan mengerjakan musik dari lagu “Potong Bebek Angsa” yang durasi lagunya 3 menit. Instrumen yang dibutuhkan untuk membuat musik dari lagu ini adalah: Drum, piano, gitar rhythm, gitar bass dan biola. Untuk membuat musiknya harus dimasukan satu persatu instrumen di masing – masing track secara manual. Jadi kalau durasi lagu 3 menit maka direkam satu persatu instrumen- instrumen tersebut (misalnya diawali dengan merekam bunyi drum) secara manual selama 3 menit sesuai panjang lagu (dari bait sampai refrain serta pengulangan-pengulangannya). Setelah drum selesai direkam, rekam lagi bunyi piano dari awal sampai selesai di track yang berbeda, demikian seterusnya untuk instrumen yang lainnya. Karena ada 5 instrumen yang digunakan untuk lagu “Potong Bebek Angsa”, maka waktu yang dibutuhkan untuk merekam instrumen-instrumen tersebut adalah 3 menit dikali 5 instrumen, yaitu: 15 menit. Ini belum diperhitungkan jika dalam proses merekam terjadi kesalahan, maka harus diulang dari awal (atau dari bar kesekian kesalahan itu terjadi sampai selesai lagu). Setelah itu apakah sudah selesai? Belum bosss! Instrumen musik yang sudah direkam masih mentah gaisss, masih harus dimixing yang juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kira - kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaian lagu ini kalau digarap dengan serius dan teliti, bisa satu sampai dua jam baru selesai. You see???! Bahkan untuk lagu yang mudah seperti lagu “Potong Bebek Angsa” sekali pun membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan dibutuhkan ketelitian yang ekstra agar musik terdengar baik (baik tempo lagu, keseimbangan musik dan kesatuan musiknya), bagaimana dengan lagu-lagu yang tingkat kesulitan lebih sulit, durasi lagu lebih lama dan membutuhkan lebih dari 5 instrumen musik? Beta pernah merekam musik lagu rohani tertentu dalam versi orchestra yang menggunakan  lebih dari 10 instrumen dan jumlah track yang beta gunakan pun otomatis lebih dari 10 track untuk merekamnya (bahkan satu instrumen musik bisa menggunakan dua atau tiga track). Taukah berapa waktu yang beta butuhkan untuk menyelesaikan musik tersebut? Beta kerjakan kira – kira jam 11 malam (karena mengerjakan musik membutuhkan ketenangan dan kesunyian) yang selesainya pada saat matahari terbit. Jadi hanya mengerjakan satu lagu saja beta butuhkan 6 sampai 7 jam untuk menyelesaikannya. Bagaimana jika beta harus mengerjakan 10 lagu atau bahkan lebih? Silahkan teman – teman kalkulasikan sendiri kira – kira berapa waktu lama yang beta butuhkan untuk menyelesaikan semua lagu tersebut. Bisa satu minggu, dua minggu, bahkan satu bulan atau lebih tergantung jumlah lagu dan tingkat kesulitan lagunya. Ini mirip (kalau tidak dapat dikatakan sama) dengan mengerjakan satu album lagu komersil. Gimana gaisss? Speechless???? :D Btw, memang ada pembuat musik yang mengerjakan musik dengan mengerjakan styel lebih dahulu baru dibuat dalam bentuk midi, tapi beta termasuk pembuat musik yang tidak menggunakan cara itu, bagi beta hasil midi dari style memang rapih dan lebih cepat namun musik seperti kurang “hidup” (ini lebih pada soal selera pembuat musik).
     So, dari proses pengerjaan membuat musik, bagaimana soal jumlah bayaran untuk pembuat musik dibanding pemain keyboard live, silahkan pembaca pikirkan sendiri kira – kira berapa jumlah bayaran yang pantas untuk pembuat musik jika dibanding dengan pemain keyboard live. Perlu juga pembaca ketahui bahwa “Semua pembuat musik (midi) adalah pemain keyboard, tapi tidak semua pemain keyboard adalah pembuat musik (midi)”. Untuk di Kupang kita punya banyak pemain keyboard, tapi sangat sedikit yang bisa membuat musik midi dan bisa membuat musik style. Jadi bahasan ini tidak bermaksud menyalahkan pihak pengguna jasa, tapi melalui tulisan ini diharapkan para pengguna jasa beroleh pengertian terkait hal ini, karena sesungguhnya kita sebagai pemain keyboard (baik main live mau pun membuat musik) lah yang harus menjelaskan hal ini diawal kontrak kerja kepada pengguna jasa, jika hal ini dipandang perlu untuk dijelaskan.
2.    Hal kedua yang tidak kalah pentingnya adalah terkait mengidentifikasi “pemain keyboard”. Beta perlu garis bawahi kalau beta gunakan istilah “pemain keyboard” ini secara stipulatif merujuk pada semua musisi yang memainkan alat musik yang ber-tuts (hanya untuk kepentingan tulisan ini). Pemain piano (pianis), pemain ortung (orgen tunggal), Pemain orgen (organis)  dan pemain keyboard dalam kelompok band (baik menggunakan keyboard mau pun grand piano dll), beta sebut sebagai “pemain keyboard” (walau pianis bisa saja mainkan alat musik keyboard, tapi sebaliknya memainkan alat musik keyboard belum tentu bisa main alat musik grand piano dan sejenisnya). 
     Baik, beta langsung saja. Di kupang sebagian orang nampaknya melihat “pemain keyboard” hanya dalam pengertian “pemain ortung (orgen tunggal)” saja. O iya, “pemain ortung” artinya memainkan alat musik keyboard saja (tanpa alat musik yang lainnya) dengan menggunakan style (full music) dari keyboard itu sendiri, seperti yang sering anda liat di banyak tempat-tempat makan di kota kupang. Di kupang sangat marak menggunakan pemain ortung (tapi sudah mulai ada beberapa tempat makan yang menggunakan band mau pun grup akustik), baik itu di tempat – tempat makan, pesta, acara syukuran, mau pun acara di gereja. Yang menarik adalah; karena fenomena menggeneralisir semua “pemain keyboard” adalah “pemain ortung”, maka kalau anda seorang pianis atau pemain keyboard dalam band, sebagian orang disini akan menganggap anda pun bisa main ortung (maksudnya main menggunakan style musik dari keyboard itu tadi). Beta pun dulu diawal-awal bermain keyboard pernah menekuni ortung (orgen tunggal) dan bermain di acara nikahan, pesta dan syukuran. Tapi itu tidak terlalu lama, karena setelah itu beta lebih lama bergabung dalam kelompok band dan juga aktif membuat musik (midi dan style). Jadi memang beta sama sekali tidak khatam dalam soal ortung ini (bisalah sedikit-sedikit). Pernah satu kali di acara gereja tertentu yang beta hadiri, pemain ortung tidak hadir (entah kenapa), beta diminta untuk membantu menggantikan pemain ortung yang tidak datang. Karena ini spontanitas tanpa latihan, maka beta hanya menggunakan bunyi piano dan tidak berani ambil resiko menggunakan style keyboard seperti permintaan pemandu lagu ketika beta duduk didepan keyboard. Bagi pemain ortung ini bukan hal yang sulit, tapi bagi beta, harus beta akui kalau ini hal yang sulit, apa lagi dalam acara formal seperti itu. 
     Teman – teman sekalian, ini salah satu kisah nyata yang beta alami yang bukan hanya satu dua kali, tapi sering kali dalam kisah yang berbeda-beda. Beberapa kali beta diminta main di acara resepsi pernikahan dan lain – lain, beta tolak dengan alasan beta sibuk. Pada hal alasan utamanya adalah karena selain beta juga tidak menguasai banyak lagu, beta sama sekali tidak lihai bermain keyboard menggunakan style. Beta tidak bermaksud berbohong, hanya saja kalau mau menjelaskan alasan yang sebenarnya bakalan ribet jadinya. Dan nampaknya hal ini terjadi dan menjadi keluhan musisi lainnya, karena tidak semua pemain keyboard bisa main ortung (walau ada juga yang bisa main piano solo, bisa main dalam band dan juga main ortung). Untuk itu, bagi pembaca sekalian yang ingin menggunakan jasa pemain keyboard mulailah untuk melihat kebutuhan pemusik seperti apa yang anda butuhkan untuk acara anda?! Kalau acara anda seperti acara "Hitam Putih" nya Deddy Corbuzier, maka nampaknya anda bukan membutuhkan "Pemain Ortung (orgen tunggal)", tapi yang anda butuhkan adalah "Pianis"

Trims

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ORANG - ORANG POTENSIAL DALAM GEREJA HARUS 'DIMAKSIMALKAN' BUKAN 'DIMANFAATKAN'

APAKAH DENGAN MENGATAKAN KEBENARAN KEPADAMU, AKU TELAH MENJADI MUSUHMU? (Menanggapi tulisan Pdt. Norman M. Nenohai)

Teologi Kidung Jemaat