Thank You Friedrich Nietzsche


Beta cukup sering menentang pandangan orang-orang kristen yang mengabaikan doktrin dan lebih menekankan pada perbuatan baik seperti; kesalehan hidup, menolong sesama, dan hal-hal senada. Orang-orang yang menyebut dirinya kristen ini menganggap bahwa melakukan aksi-aksi kemanusiaan lebih penting dari pada doktrin. Beta jelas menentang pandangan seperti itu. Pandangan seperti itu bukan pandangan Kristen dan asing bagi Alkitab. Tentu saja, perilaku tertentu merupakan hasil dari Kekristenan, tetapi perilaku itu bukan Kekristenan.

Di lain sisi, ada sebagian orang kristen yang gerah, tidak nyaman dan aneh, kenapa kok ‘sesama Kristen’ saling menentang, saling berdebat?! Entah mereka lupa atau tidak tahu, sejak awal kekristenan memang diwarnai dengan perdebatan dan perselisihan interen. Penyesatan dan kemunculan bidat-bidat menjadi musuh bebuyutan dalam kekristenan yang tak kunjung habis-habisnya. Sebenarnya tidak perlu kaget dan aneh, karena Alkitab sendiri mengisahkan dan sudah menubuatkan hal ini. Jadi nampaknya pertentangan – pertentangan yang terjadi di dalam gereja masih akan terus terjadi. Musuh terbesar kekristenan memang penyesatan dari dalam tubuh gereja, yang acap kali sulit untuk dideteksi oleh orang Kristen yang awam teologi. Kalau diluar kekristenan, sudah jelas tidak sejalan dengan ajaran Kristen. 

Memang cukup sulit mendeteksi ajaran palsu dalam gereja, karena para penyesat ini juga menggunakan Alkitab. Sedikit beruntung berhadapan dengan Saksi Yehuwa, Mormon, Yahweisme, dll, yang sedari awal sudah memisahkan diri dengan Kristen Protestan baik secara kelembagaan maupun doktrinal, jadi kita bisa bedakan dan mudah mengetahui kalau mereka berbeda dengan kita, walau sama – sama menggunakan Alkitab (sebagian aliran - aliran ini menambahkan kitab - kitab tertentu). Namun bagaimana dengan ajaran sesat lainnya seperti Teologi Liberal misalnya. Mereka tidak berkeinginan untuk memisahkan diri. Menurut mereka demikianlah ajaran Kristen Protestan, jadi memang tidak perlu  keluar dan membuat aliran atau agama baru (walau beberapa yang sepandangan atau mirip dengan pandangan Teologi Liberal, nampaknya sudah membuat aliran mereka sendiri). Jaman Yesus Kristus dan para rasul pun demikian. Pihak – pihak yang bertentangan (Yesus dan rasul – rasul VS ahli Taurat, orang Farisi, imam – imam kepala, penyesatan gereja mula – mula) menggunakan kitab yang sama, tetapi pertentangan sangat tajam terkait hal – hal keimanan yang fundamental. Penyesatan ini terus terjadi sampai sekarang. Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan pentahbisan sorang pendeta gay di sinode tertentu, walau kemudian dianulir juga oleh Majelis Sinode. Usaha membenarkan perilaku LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) terjadi di berbagai gereja di seluruh dunia. Mereka juga menyebut dirinya Kristen dan percaya pada Alkitab. Penyesatan – penyesatan seperti ini sangat berbahaya. Mereka tidak pernah mau memisahkan diri, dan lebih memilih mengubah ajaran gereja secara diam – diam dan perlahan tanpa kita menyadarinya. Salah satu ciri yang khas dari penyesat era modern ini adalah lebih mementingkan hal – hal kemanusiaan dan mengabaikan doktrin/ajaran gereja. Jadi semacam perdebatan antara ‘Perbuatan baik’ VS ‘Doktrin’. Akan menjadi lebih mumet lagi ketika datang pihak lainnya yang kecerdasannya tidak sampai seperempat dari kebodohan Amor (anak beta), menawarkan solusi bahwa ‘perbuatan baik’ dan ‘doktrin’ harus berjalan seimbang. Semakin bingunglah menilai mana sebenarnya penyesatnya? Mana yang gembala palsu? Mana ahli Taurat, orang Farisi dan imam – imam kepala? Entah suatu kebetulan, sama seperti lawan - lawannya Yesus dan rasul – rasul yang adalah pemimpin – pemimpin agama, bisa jadi penyesat jaman sekarang adalah juga pemimpin – pemimpin gereja (Tentu saja tidak semua pemimpin gereja demikian).   

Mungkin kita membutuhkan alternatif lain untuk menilai atau membedakan mana ajaran benar dan mana ajaran yang palsu. Mari kita tentukan ‘juri’ yang mudah-mudahan dianggap cukup adil bagi pihak pro maupun kontra. Ada seorang ateis yang cukup terkenal. Kalau anda pernah mendengar kalimat yang cukup populer, yaitu: 'Tuhan Telah mati', kalimat ini diucapkan oleh Friedrich Nietzsche. Nietzsche memusuhi kekristenan, membenci Kristus dan semua ajarannya. Namun Nietzsche paham apa itu kekristenan. Nietzsche tidak melakukan strawman ketika menyerang kekristenan. Dia tahu bahwa cukup menghancurkan konsep utama, yaitu IMAN KEPADA YESUS KRISTUS, maka semua hal tentang kekristenan menjadi hancur tak tersisa. Nietzsche tidak pernah memprovokasi orang kristen untuk berhenti berbuat baik, karena dia paham bahwa itu bukan kekristenan atau hanya serangan strawman. Maka terhadap orang-orang Kristen yang lebih menekankan soal perbuatan baik, nampaknya Nietzsche tidak begitu memperdulikan mereka. Mereka sudah mengkhianati kekristenan itu sendiri, entah mereka sadari atau tidak. Berikut tulisan Nietzsche terkait hal ini: “Saat orang meninggalkan iman Kristen, dia menghilangkan dasar moralitas Kristen. Moralitas ini bukanlah sesuatu yang jelas dari diri sendiri: Hal ini harus ditunjukkan berulang-ulang, walaupun orang Inggris bodoh itu mengatakan sebaliknya. Kekristenan adalah sebuah sistem, pandangan menyeluruh terhadap segala sesuatu. Hancurkan satu konsep utama, yaitu iman kepada Allah, maka semua runtuh: Tidak ada yang tersisa”(Kutipan dari Kata Pengantar ‘The Trinity’, Gordon H. Clark, terjemahan Ma Kuru). You see? Nietzsche paham benar apa itu kekristenan, tapi sebagian orang – orang yang menyebut dirinya  Kristen malah tidak memahami apa itu kekristenan. Kedengarannya lucu, tapi sebenarnya menyedihkan. Tapi perdebatan tentang hal ini nampaknya tidak akan pernah berakhir dan akan terus mengulang hal – hal yang sudah diperdebatkan pada masa lampau. Pengajar – pengajar palsu ini mungkin akan terus menerus mengutip surat Yakobus dan mengatakan Abraham dibenarkan karena perbuatannya dan berbagai argumen klasik yang mereka gunakan secara serampangan tanpa memperhatikan konteks ayat tersebut.   

Hal lainnya, bagaimana bisa mengidentifikasi pengajar – pengajar palsu ini kalau mereka tidak mengungkapkan pandangan mereka? Memang tidak mudah, namun kita bisa menilainya dari praktek dan gagasan teologi mereka, entah melalui tulisan mereka, berdiskusi dengan mereka, dan sebagainya. Tentu saja hal terbaik adalah harus belajar dan mendalami teologi yang benar dan filsafat yang benar, dengan demikian radar intelektual kita peka terhadap ajaran palsu yang masuk dalam gereja. Tulisan ini hanya membantu anda untuk mengetahui secara sederhana dan praktis apa itu keristenan, tidak memberikan keseluruhan yang anda butuhkan. Dan bagaimana pun, kita boleh berterima kasih pada Friedrich Nietzsche. Allah bisa menggunakannya cara yang unik untuk menyatakan kebenaranNya. Dari Nietzsche kita belajar bahwa: “Perbuatan baik tidak akan membawa anda kemana – mana (hanya kesia - siaan), dan walau tidak semua yang mempunyai pemahaman yang benar adalah pasti beriman, tapi iman yang benar hanya mungkin terjadi dari pemahaman yang benar”. Thx Nietzsche.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ORANG - ORANG POTENSIAL DALAM GEREJA HARUS 'DIMAKSIMALKAN' BUKAN 'DIMANFAATKAN'

APAKAH DENGAN MENGATAKAN KEBENARAN KEPADAMU, AKU TELAH MENJADI MUSUHMU? (Menanggapi tulisan Pdt. Norman M. Nenohai)

Teologi Kidung Jemaat