KARENA KURANG SUNGGUH – SUNGGUH, MAKA RENCANA ALLAH BISA GAGAL?
Beberapa
hari lalu beta sempat berbincang sedikit dengan seorag teman tentang seorang
pendoa (hamba Tuhan). Si pendoa (sebut saja Pendoa A) punya karunia untuk mengetahui hal – hal
yg akan terjadi di kemudian hari. Beta tidak terlalu berkomentar banyak soal karunianya
ini. Beta pun kurang lebih punya beberapa pengalaman dengan pendoa A ini.
Sejauh pengalaman beta ternyata tidak semua apa yg si pendoa A liat di kemudian
hari itu terjadi, tapi di sisi lain ada juga pengelihatan pendoa A yang terjadi
di kemudian hari (menurut kesaksian teman). Jika semua pengelihatan pendoa A
adalah wahyu dari Allah, maka seharusnya tidak boleh gagal, karena Allah tdk
pernah gagal dalam rencanaNya. Argumen teman untuk pengelihatan yang
tidak terjadi adalah tiap orang berbeda, maksudnya orang yang di doakan
tersebut kurang sungguh-sungguh sehingga kejadian yang di ramalkan (di wahyukan)
tidak terjadi. Perbincangan tidak lagi di lanjutkan, tapi beta bertanya dalam
hati: apakah benar demikian pandangan Kristen??
Hal penting yang harus kita (orang Kristen) perhatikan
bahwa “TIDAK ADA RENCANA ALLAH YANG GAGAL”. Dari hal ini akan muncul
pertanyaan lain: apakah pengelihatan
hamba Tuhan tersebut merupakan RENCANA Allah atau bukan? Kalau bukan
berarti tidak ada perlu kita bahas lagi, Tapi kalau merupakan RENCANA Allah,
maka pertanyaan selanjutnya ; KOK BISA ADA YANG GAGAL? Maka, biasanya jawaban klasiknya
seperti diatas: KARENA ORG YANG DI DOAKAN KURANG SUNGGUH – SUNGGUH dan jawaban
– jawabab lainnya yang sejenis. Benarkah demikian???? Mari kita lihat.
Salah satu prinsip dalam meng-eksegese (menafsir)
Alkitab adalah ayat yang satu dan yang lainnya tidak boleh saling bertabrakan
(bertentangan) agar kita bisa mendapatkan kesimpulan yang valid. Namun untuk
membahas hal ini beta hanya akan coba memberikan satu ayat saja dulu untuk
memancing pembaca sekiranya memberi perbandingan dengan ayat – ayat yang lain
untuk boleh kita diskusikan ini lebih lanjut. Berikut satu ayat terkait rencana
Allah tidak akan pernah gagal:
Yesaya 14:24 : TUHAN
semesta alam telah bersumpah, firman-Nya: "Sesungguhnya seperti
yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang,
demikianlah akan terlaksana: Aku akan membinasakan orang Asyur
dalam negeri-Ku dan menginjak-injak mereka di atas gunung-Ku; kuk
yang diletakkan mereka atas umat-Ku akan terbuang dan demikian juga beban yang
ditimpakan mereka atas bahunya. Itulah rancangan
yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan
yang teracung terhadap segala bangsa. TUHAN semesta alam telah merancang,
siapakah yang dapat menggagalkannya? Tangan-Nya telah
teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?
Perhatikan bahwa tidak ada rencana Allah yang GAGAL.
Allah adalah yang berdaulat penuh atas segala sesuatu sekecil apapun itu dan
tidak ada sedikitpun yang di luar dari rencana Allah. Jika pengelihatan pendoa
A adalah merupakan rencana Allah, maka tidak ada sedikit pun kemungkinan bahwa
rencana Allah bisa gagal. Lalu apakah karena “manusia kurang sungguh – sungguh”
bisa membuat rencana Allah gagal???? Beta pernah baca sebuah tulisan seseorang
di salah satu blog yang menerima sms dari temannya begini: “Tuhan mau melakukan sesuatu yang besar di
Natal Youth kali ini, jangan sampai kita sebagai anak2Nya
menggagalkannya..mari bersama2 berikan yang terbaik dalam natal ini...”. Bayangkan saja rencana Allah bisa gagal karena ulah manusia atau
kalau manusia menolak maka rencana Allah bisa gagal. Ini sebenarnya adalah
penyakit Armenian yang sudah mewabah ke berbagai gereja termasuk ke jemaat awam
di gereja – gereja Kalvinis. Banyak dari kita yang tidak benar – benar paham
hal ini tapi begitu mudahnya mengatakan demikian, tidak sadar bahwa apa yang
kita katakan tersebut adalah sesuatu yang menyesatkan. Tidak ada sedikitpun
dalam proposisi Alkitab yang mengatakan bahwa rencana Allah bisa gagal.
Sekuat apa pun manusia menolak atau keberdosaan manusia tak bisa menggagalkan
rencana Allah.
Kembali pada kasus pendoa A tadi. Atas
ketidak-mungkinan gagalnya rencana Allah, Lalu bagaimana dengan pengelihatan pendoa
A tersebut? Kita punya sedikitnya dua kemungkinan logis :
1. Pengelihatan Pendoa A tersebut bukan
pengelihatan dari Allah, karena rencana Allah tidak mungkin
gagal.
2. Allah menipu pendoa A (Allah tidak
konsisten) karena ternyata pengelihatan yang Allah berikan tidak terjadi.
Nah teman – teman, kemungkinan manakah yang paling
benar? Apakah pengelihatan tersebut bukan dari Allah? atau Allah menipu
(berlaku tidak konsisten)? Beta akan sedikit mengupas ini dalam kajian logika.
Ada yang disebut dengan “Hukum Kontradiksi” yang merupakan salah satu prinsip
dasar dalam logika. Hukum Kontradiksi berarti jika satu proposisi benar, maka
proposisi lain yg bertentangan dengan proposisi (benar) tersebut adalah salah
dan atau kedua proposisi tersebut adalah salah (“A” tidak sama dengan “~A”).
Terkait pembahasan kita, Allah dalam kekristenan adalah ALLAH YANG KONSISTEN
(Hukum Kontradiksi berlaku). Jika sekali saja ataupun sedikit saja Allah
berlaku tidak konsisten, maka Allah tidak pantas di sebut Allah. Artinya Allah
tidak mungkin mengingkari perkataan atau rencana-Nya sendiri. Perhatikan bahwa
Allah memang maha kuasa, tapi ke-maha-kuasaan-Nya bukan diartikan Dia bisa
melakukan hal – hal yang bertentangan dengan diri-Nya (merencanakan dan
kemudian menggagalkan). Sekali lagi hukum kontradiksi berlaku! Jika sekali
Allah merencanakan sesuatu, maka rencanaNya tersebut tidak akan pernah gagal
ataupun meleset sedikit pun. Dan kembali lagi, jika anda berargumen bahwa
kegagalan rencana Allah bukan karena Allah mengingkari rencananya, tapi karena
manusia yang tidak taat, maka sama dengan anda mengatakan bahwa manusia bisa
menggagalkan rencana Allah. Lalu apa implikasinya kalau rencana Allah bisa
gagal karena perbuatan manusia?
1. Allah bukan Allah yang maha Kuasa,
Dia tidak berdaulat sepenuhnya atas diri manusia karena Allah hanya sebatas
merencanakan saja, soal terlaksana atau tidak tergantung dari manusia.
2. Tidak hanya manusia yang membutuhkan
Allah, tapi ternyata Allah juga membutuhkan manusia agar rencanya-Nya bisa
terlaksana.
3. Manusia boleh bermegah karena
rencana Allah bergantung dari kehendak manusia mau menerima atau tidak.
4. Manusia menjadi sombong rohani atas
atas kebebasan kehendak yang terlepas dari kedaulatan Allah, akibatnya manusia
yang satu merendahkan manusia lainnya.
Teman – teman sekalian perhatikan hal dengan seksama
hal – hal di sekeliling anda. Banyak hal yang seolah – olah baik dan terkesan
rohani tapi sebenarnya sama sekali tidak Alkitabiah (tidak seturut Firman).
Kasus – kasus sepeti ini dengan berbagai varian kasus banyak terjadi dalam
kehidupan kita sehari – hari. Baik di rumah, kantor, sekolah, gereja,
lingkungan sekitar, dll. jika kita gagal untuk mencermati hal ini dengan
seksama atau kurang berhikmat, maka secara tidak sadar kita turut menyesatkan
diri kita sendiri dan tidak menutup kemungkinan orang lain bisa ikut tersesat
walau mungkin maksud kita tidak demikian. Amin.
Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu
dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah
batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada,
tetapi celakalah orang yang mengadakannya (Matius 18:6 – 7).
Kemungkinan ketiga adalah A sebenarnya tidak mendapat penglihatan dan yang dia katakan hanya keinginan hatinya :)
BalasHapuso iya papa, mksh :)
BalasHapus