MENGAPA LOGIKA SANGAT MENDASAR?
Derasnya
arus perkembangan teknologi serta tingginya kebutuhan hidup, membuat manusia berlomba
– lomba untuk mencapai kemapanan serta mengejar prestasi dan prestise. Memahami
trik – trik dagang, menangkap peluang bisnis, mengawasi nilai mata uang, belajar
bahasa Inggris, menguasai teknologi dan sistem komputerisasi, serta gerakan –
gerakan kemanusiaan jauh lebih penting ketimbang mempelajari ilmu yang tidak berdampak
langsung bagi kehidupan manusia. Manusia cenderung pragmatis daripada
filosofis, lebih menyenangkan menjadi humoris daripada sekedar konsisten logis.
Ditengah – tengah riuh tawaran moderenitas, penulis ingin mengangkat hal yang
harusnya sangat fundamental dalam ilmu pengetahuan dan juga bagi kehidupan
manusia, namun sering diabaikan oleh sebagian manusia, yaitu Logika. Apa sih
untungnya mempelajari Logika? Kenapa penting untuk dipelajari? Untuk mendapatkan
uang, menjadi ahli mencuci motor jauh lebih efektif daripada menjadi ahli
logika. Menguasai Ilmu Ekonomi kita dapat berwirausaha dan menjadi pebisnis
yang handal, Sains dapat bermanfaat besar bagi kehidupan manusia, Ilmu Pertanian
maupun Peternakan bermanfaat bagi para petani dan peternak demi memenuhi
kebutuhan pangan manusia yang berkualitas, bermusik dan berpuisi menenteramkan
hati banyak orang, dan sebagainya. Nampaknya hanya untuk menafkahi keluaraga
pun akan sulit anda lakukan kalau hanya dengan menguasai ilmu Logika. Lalu apa
sih istimewanya Logika???? Logika
sangat dekat dengan manusia dan kehidupannya, bahkan dalam setiap
aktivitasnya, manusia tidak mungkin
lepas sedetik pun dari yang namanya logika. Baik secara sadar maupun tidak
sadar aktivitas logika tidak mungkin dihindari oleh manusia dan tak mungkin di
tolak. Walau logika merupakan hal yang kedengarannya tidak asing dan tak terhindarkan bagi manusia, dalam
kenyataannya tidak semua dari kita (manusia) yang memahami apa itu logika,
mengapa penting dan bagaimanakah peran logika, bahkan tidak sedikit yang
menolaknya.
Tulisan
ini adalah bentuk kegelisahan
penulis atas fenomena – fenomena tersebut dan juga merupakan refleksi penulis dalam
beberapa tahun terakhir ini ketika membaca tulisan - tulisan tentang logika dan
terlibat dalam berbagai
diskusi terkait logika dengan beberapa pihak, baik itu akademisi, politisi, aktivis,
tokoh agama mau pun masyarakat awam. Ada banyak tanggapan, tapi hal yang sama
dan sering penulis temui dari berbagai tanggapan yang ada adalah hampir semuanya
menyamakan “logika” dengan “pikiran” atau dengan “akal budi”. Terkait teologi,
pandangan umum membedakan antara “Logika Allah” dan “Logika Manusia”. Sebagian
kaum Teis bahkan cenderung alergi dengan logika ketika berbicara tentang iman.
Dan berbagai distorsi lainnya terkait logika. Kekacauan pemahaman ini, mungkin
salah satu faktornya karena pelajaran tentang logika bukan
merupakan pelajaran dasar di bangku sekolah dan tidak masuk dalam Mata Kuliah
Dasar Umum, seperti; Agama, Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan,
dan Bahasa Indonesia.
Bahkan kuliah tentang ilmu logika yang penulis pernah ikuti,
pembahasannya belum menyentuh hal yang mendasar terkait logika. Dari pengalaman penulis
ketika diskusi
dengan beberapa pihak
yang terpelajar
(mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi), rata –
rata memandang
logika hanya sebatas ilmu tentang cara berpikir. Ada juga mendefinisikan
logika hanya dalam perspektif sains, pada hal walau sains juga adalah bagian
dari logika, tapi sains bukan keseluruhan dari logika itu sendiri. Hal senada pun penulis
temui di berbagai tulisan
baik di internet mau pun buku – buku yang membahas tentang logika. John W. Robbin adalah
dosen Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Amerika mengeluh harus
menghabiskan waktu seminggu untuk memberi pelajaran tentang logika sebelum memberikan materi kuliah Ekonomi.
Dari hal – hal tersebut
penulis terdorong untuk membuat tulisan ringkas dan mudah dipahami, sehingga diharapkan dapat
mencerahkan pembaca tentang betapa penting dan mendasarnya logika. Logika sebagai salah satu cabang ilmu
dalam filsafat sering menjadi topik menarik
yang di perdebatkan
dari masa ke masa. Beberapa
pihak menolak logika sebagai suatu yang mendasar. Tantangan penulis disini
adalah kenapa logika sangat penting dan sangat mendasar serta memberi sedikit gambaran tentang apa itu
logika. Di sekolah dasar anda belajar membaca, menulis dan berhitung. Ketiga
bidang ini dianggap sebagai dasar bagi pendidikan selanjutnya atau
dasar untuk mempelajari berbagai bidang ilmu. Orang tidak dapat belajar
sejarah, ekonomi, komputer atau apapun jika belum menguasai ketiga bidang ini
(membaca, menulis dan berhitung). Namun demikian ada hal yang sangat jelas tapi
orang tidak menyadarinya, apa lagi mempelajarinya. Apa yang sama dari membaca,
menulis dan berhitung? Jawabannya adalah Pikiran.
Orang harus berpikir untuk bisa membaca, menulis dan berhitung. Dan jika ingin
melakukan sesuatu yang benar, maka orang harus tunduk pada peraturan tertentu,
kemudian dalam aktivitasnya orang bisa saja
melakukan kesalahan dalam berpikir, membuat asumsi – asumsi tak berdasar dan
berbagai macam hal yang berhubungan dengan pikiran. Nah, tentang hal – hal seperti
ini, mengenai aturan – aturan berpikir, menunjukan kesalahan pikir serta konsep
– konsepnya di dapati dalam bidang yang disebut “Logika”. Logika bukan apa yang manusia pikirkan atau logika bukan pikiran manusia, walau aktivitas
logika ada dalam pikiran manusia. logika memberi gambaran bagaimana seharusnya
manusia berpikir. Ini kenapa manusia bisa berpikir seturut logika (logis) dan
bisa juga sebaliknya (tidak logis).
Dalam Logika kita mengenal dengan adanya
Hukum – hukum Logika.
Salah satunya adalah Hukum Kontradiksi, dimana “A” tidak sama dengan “Non
A”. Aristotle mengungkapkan hukum ini dengan kata – kata “Satu atribut/sifat tidak
dapat melekat dan tidak melekat pada subjek yang sama dengan hubungan yang sama”. Satu daun maple bisa hijau dan kuning,
tapi tidak bisa hijau dan kuning pada saat yang sama dan dengan hubungan yang
sama. Daun itu bisa hijau pada musim panas dan kuning pada musim rontok. Kalau
daun itu hijau dan kuning pada saat yang sama, yaitu daun itu tidak bisa hijau
dan kuning dalam hubungan yang sama. Satu bagian sekecil apapun bisa hijau dan
bagian lain kuning. Ke-hijau-an dan bukan ke-hijau-an tidak dapat pada saat
yang sama dan dengan pengertian yang sama jadi sifat satu daun maple. Hukum
Kontradiksi memiliki arti lebih dari itu. Setiap kata memiliki arti khusus.
Agar memiliki arti khusus, satu kata bukan hanya harus berarti sesuatu tapi
juga harus tidak berarti yang lain. Hukum Kontradiksi berarti bahwa setiap kata memiliki
makna tertentu dan tidak berarti yang lain. Inilah kenapa logika begitu
mendasar. Jika tanpa logika maka suatu kata tidak memiliki makna apa – apa. Dengan logika berlaku, maka kita bisa memahami sesuatu. Misalnya untuk kalimat : “Marilah ikut saya”, setiap kata dalam kalimat
tersebut (“Marilah”,”ikut”, “saya”) haruslah bermakna sesuatu atau
memiliki hanya satu makna (bukan banyak makna, apa lagi tidak bermakna),
sehingga dengan demikian kita menjadi paham maksud dari kalimat tersebut. Atau contoh lain jika logika tidak berlaku atau
jika suatu kata tidak memiliki makna. Misalnya seseorang
bertanya pada anda: “siapakah
nama anda?”, maka
tanpa logika anda boleh menjawab ; “luka komputer teh panggung asbak lari
hore siap amplop” atau “lompat lompat lompat lompat lompat”, atau entah yang lainnya. Tanpa logika
kita (manusia) tidak ada bedanya dengan hewan. Coba anda berbicara pada hewan apakah hewan bisa
mengidentifikasikan atau memahami sepenuhnya apa yang anda bicarakan? Tentu tidak bisa
bukan?! Walau pun untuk beberapa hal hewan pun tunduk pada Hukum Logika. Bahkan orang yang ingin menolak logika sekalipun harus menggunakan
logika untuk menyerangnya, ibaratnya seseorang berkata “saya tidak mau
berbicara”, pada hal dalam kenyataannya dia sedang berbicara. Usaha menolak
logika sama dengan usaha menjaring angin. Tunduk pada logika (Hukum Logika)
bukanlah pilihan, tapi sudah merupakan hal yag
kodrati dalam diri
manusia.
Demikian
juga ketika kita mempelajari Teologi. Dalam Alkitab Yesus berkata: Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku (Yohanes 14:6). Coba bayangnya apakah tanpa logika
anda bisa memahami apa maksud ucapan Yesus tersebut? Misalkan saja pada kata “Kebenaran” dalam kalimat Yesus tersebut
tidak menggunakan Hukum Kontradiksi yang mana kata tersebut tidak spesifik pada
makna tertentu, maka “Kebenaran” bisa
berarti: 'makan' atau berarti 'dompet' atau 'lombok' atau 'Pergi ke pasar', atau 'Menari - nari' atau yang lainnya. Apa jadinya
kalimat tersebut? Itu baru satu kata, bagaimana kalau semua kata pada kalimat
yesus tersebut tidak berlaku Hukum Kontradiksi? Adakah yang bisa anda
pahami dari pernyataan Yohanes 14:6 tersebut? Mustahil! Nah, sekarang kita lihat lebih jauh
bagaimana pentingnya logika bagi orang Kristen. Yohanes 1: 1 berbunyi: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah. Kata Firman dalam bahasa Yunani adalah Logos. Diterjemahkan ke Inggris menjadi Logic, maka terjemahan yang lebih relevan dalam
bahasa Indonesia adalah Logika atau
Hikmat. Yohanes menyebut Yesus Kristus sebagai Logika
Allah. Pada ayat sembilan dia menyebut Yesus sebagai “Terang yang sesungguhnya”
yang menerangi setiap orang yang datang ke dunia. Dengan kata lain, tidak ada
yang namanya “logika manusia” dan “logika Allah” seperti yang beberapa orang
ingin kita percayai. Logika Allah menerangi setiap orang: logika manusia adalah
gambar Allah. Allah dan manusia berpikir dengan cara yang sama – tetapi dengan
isi/kandungan pikiran yang berbeda, karena manusia berdosa dan Allah suci. Baik
Allah maupun manusia berpikir bahwa 2 tambah 2 sama dengan 4 dan bahwa A tidak
mungkin non-A. Baik Allah maupun orang Kristen berpikir bahwa hanya dengan
korban penggantian Yesus Kristus yang memungkinkan orang berdosa masuk Surga.
Hukum-hukum logika adalah cara Allah berpikir. Dia tidak berbuat kesalahan,
tidak pernah berargumen secara tidak valid. Tetapi kita manusia melakukannya
dan ini adalah salah satu alasan mengapa kita diperintahkan oleh Rasul Paulus
untuk menundukkan segala pikiran kepada Kristus. Kita perlu berpikir seperti
Kristus berpikir – yaitu berpikir secara logis.
Dengan demikian, kita
boleh paham bahwa ternyata
logika sangat penting dan
mendasar.
Semua
disiplin ilmu pasti menggunakan logika dan logika mendasarinya. Tanpa
Logika anda tidak dapat mempelajari bidang ilmu apapun. Anda menjadi seorang
pebisnis sukses karena Logika menopang anda untuk menjadi seorang yang ahli
dalam berbisnis, entah sadar maupun tidak sadar, suka maupun tidak suka. Apa
lagi mempelajari Teologi. Isi Alkitab merupakan deduksi – deduksi yang valid! Tidak
ada bagian kecil sekalipun dari Alkitab yang tidak ter-deduksi dengan valid. Ya, karena Allah adalah Sang Logos itu sediri, atau Logika adalah natur Allah. Mempelajari berbagai
disiplin ilmu tapi mengabaikan logika (maksudnya kemampuan mendeduksi), sama dengan memiliki banyak informasi di bidang
ilmu tersebut tapi tidak memiliki pedoman untuk dapat menjustifikasi informasi – informasi tersebut. Ibaratnya bermain bola kaki, segala sesuatu
telah tersedia baik itu fasilitas berupa; sepatu bola, pakaian, bola, lapangan,
dan lain sebagianya, tapi anda tidak tahu harus berbuat apa dengan semua itu,
karena tidak ada aturan maupun pedoman untuk melakukan itu. Demikianlah kira –
kira ketika anda mencoba untuk mempelajari ilmu pengetahuan tanpa Logika.
Bahkan tidak sedikit Ilmuwan yang tersesat karena tidak memiliki kemampuan
logika yang baik. Karena
begitu penting dan mendasarnya logika, maka tidak berlebihan jika ilmu ini wajib dipelajari
jika anda ingin dapat berpikir dengan benar. Dan bukan hanya itu, dengan
kemampuan Logika yang baik, bidang ilmu yang anda tekuni akan jauh
lebih cepat anda pelajari dari sebelumnya, karena anda sudah cakap memilah,
memilih serta meramu berbagai informasi dalam bidang ilmu keahlian anda. Hanya
memang yang mengherankan dan disesalkan adalah pelajaran tentang Logika cukup
minim kita dapati di kurikulum
pendidikan formal, baik dalam negeri mau pun di luar negeri, entah
kenapa. Semoga suatu saat nanti dapat terwujud dalam kurikulum pendidikan
kita, demi terwujudnya manusia Indonesia yang tangguh dan cakap dalam
berpikir, bukan saja terhadap ilmu pengetahuan tapi juga dalam
berkehidupan.
Trims
Bagus nih. Mau tanya ada tulisan atau diskusi tentang Doktrin Tritunggal ko?
BalasHapusUtk Tritunggal, coba baca ini: https://whereisthewisdon.wordpress.com/2011/02/14/gordon-clark-trinitas-bagian-1/
HapusMksh