DWI NATUR YESUS KONTRADIKSI? (Ma Kuru (Bhuku Tabuni) VS Supriyadi Ikhwanur Rachiem)
Berikut adalah salinan diskusi antara Ma Kuru VS Supriyadi Ikhwanur Rachiem yang beta salin dari sini. Diskusi ini diawali dengan Supriyadi berkomentar merespon tulisan Pdt. Esra Soru yang berjudul : “MENJAWABISLAM 2 : JIKA YESUS ALLAH, MENGAPA DIA TIDAK TAHU HARI KIAMAT?” . Diskusi ini sengaja beta dokumentasikan karena dari sekian banyak perdebatan tentang ke-Allah-an Yesus yang beta temui, diskusi ini salah satu yang lebih baik dari yang lainnya. Diskusi ini beta salin tanpa mengurangi maupun menambahkan isi dari diskusi tersebut, kecuali hanya merapikan saja agar enak dibaca oleh pembaca sekalian. Debat ini berakhir karena salah satu pihak tidak lagi menanggapi argumen lawan debat, entah karena sudah tidak punya argumen atau mungkin juga ada kendala lainnya.
Ok, selamat menikmati :)
Ma Kuru: Apa yang bertentangan
dengan hukum Kontradiksi dan bagaimana pertentangannya?
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Dari
Aspek Pengetahuan dan Aspek Waktu, kalau subjeknya mengalami Tahu dan Tidak
Tahu disaat bersamaan menurut saya bertentangan dengan hukum non kontradiksi,
yg jadi dasar logika kita.
Ma Kuru: Anda tidak menunjukkan
bagaimana pernyataan saya melanggar hukum Kontradiksi. Untuk menunjukkan
bagaimana pernyataan Saya melanggar hukum Kontradiksi, maka yang anda lakukan
adalah menganalisa pernyataan saya dan mengemukakan hukum Kontradiksi serta
menunjukkan bagaimana pernyataan saya tersebut melanggar hukum Kontradiksi.
Jadi, bagaimana pernyataan saya mengatakan bahwa subjek tahu sekaligus tidak
tahu? Coba jelaskan.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Wah
maaf, saya tadi maksudnya mengomentari note nya Pak Esra Alfred Soru ini, bukan pernyataan anda
Pak Bhuku Tabuni
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Seharusnya
dilihat dari aspek Pengetahuan dan aspek waktu. Kalau aspek natur ini apakah
seperti berganti peran begitu ya ? misalnya sebagai dokter dan pedagang,
sebagai artis dan ibu rumah tangga. CMIIW
Ma Kuru: Masalahnya dilihat dari
segi waktu dan pengetahuan sekalipun, kalau misalnya dua natur itu tidak
otomatis berarti bahwa pengetahuan natur yang satu ditransfer ke natur yang
lain, maka tidak melanggar hukum kontradiksi. Masalah natur Kristus tidak hanya
masalah peran. Kalau masalah peran, memang harus diakui bahwa ada kontradiksi
di sana. Natur tidak sama dengan peran.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Atau
Pak Bhuku Tabuni jelaskan dulu definisi
Natur dan Peran, dan letak perbedaan-perbedaannya, serta aplikasinya/contohnya.
Ma Kuru: Natur adalah apa yang
menjadikan sesuatu itu sesuatu. Peran adalah merujuk kepada fungsi. Seorang
bapak bisa memilii peranan sekaligus menjadi seorang anak pada saat yang sama
dengan relasi yang berbeda. Tetapi entah dia bapak atau seorang anak, naturnya
tetaplah manusia.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Jadi
kalau disederhanakan Allah berubah jadi manusia tapi naturnya tidak berubah
justru malah bertambah. Begitu ya ?
Ma Kuru: Kekristenan tidak
mengajarkan bahwa natur Allah bertambah. Kedua natur Kristus tidak bercampur
satu dengan yang lain. Keallahan tetaplah keallahan dan kemanusiaan tetaplah
kemanusiaan. Tidak bercampur.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Begini,
Natur Manusia ini kan tadinya tidak ada Bhuku Tabuni, trus menjadi ada ketika Allah
jadi manusia, kalau bukan bertambah, trus apa namanya ?
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Apa
ada contohnya satu subjek bisa punya dua natur sekaligus di dunia ini Pak Bhuku Tabuni atau satu subjek dengan
dua natur ini informasi yg given yg harus diimani ?
Ma Kuru: Saya tidak tahu. Setahu
saya Kristus adalah satu-satunya yang seperti itu. Mengapa harus ada entitas
yang lain yang memiliki yang ciri yang persis sama dengan Allah baru ada
justifikasi bagi kebenaran pernyataan bahwa Allah ada?
Hudzai: Bhuku Tabuni, menurut anda yesus itu anak
atau Bapa sih....??? atau merangkap keduanya anak dan Bapa...???
hehehehee......
Hudzai: kalo gitu justru matius
24:36 yg dikutip pak Esra Alfred Soru, malah sangat menguatkan bhw
yesus bukan Allah sbb gak tahu kpn hari kiamat itu tiba, maksud gak Bhuku Tabuni ???
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Saya
kira kita membicarakan Yesus, Allah, natur manusia dan natur allah, baiknya
jangan membawa istilah baru "Anak". Supaya clear dulu relasi dari
istilah yg ada.
Ma Kuru: Matius 24 : 36 membuktikan
akan kemanusiaan Kristus. Bukan membuktikan bahwa Kristus bukan Allah. Tetapi
membuktikan bahwa Kristus bukan Bapa.
Hudzai: oke Bhuku Tabuni, sy mau sholat ashar dulu,
silahkan anda lanjut dulu bersama Supriyadi Ikhwanur Rachiem......
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Saya
menduga begini, agak sukar keluar dari asas non kontradiktif kalau satu subjek
(Yesus) saling kontradiktif dalam aspek yang sama (aspek pengetahuan) dan dalam
waktu yang sama pula (tahu dan tidak tahu), karena itu jalan keluar yg dibuat
adalah memberi ide teologis dua natur (allah & manusia) pada satu subjek
(yesus), masalahnya lagi sifat dua natur dalam satu subjek (Yesus) ini juga
saling kontradiktif pada aspek yg sama (tahu dan tidak tahu).
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem Pak
Bhuku Tabuni, maksud saya dgn pertanyaan tsb saya ingin tahu apakah ide dua
natur ini adalah dogma teologis atau dapat dianalogikan di dunia nyata.
Ma Kuru: Ajaran Kristen tentang
Yesus tidak sukar sama sekali keluar dari jerat hukum kontradiksi. Tidak ada
yang dilanggar oleh doktrin tersebut. Hukum kontradiksi mengatakan bahwa tidak
mungkin A dan non-A sekaligus dengan relasi yang sama. Orang Kristen tidak
mengatakan bahwa Yesus adalah Allah dan bukan Allah sekaligus dengan realasi yang
sama. Orang Kristen mengatakan bahwa dengan relasi berbeda Yesus adalah Allah
dan non-Allah. Dari kemanusiaan, Yesus bukan Allah, dari keallahan, Yesus
adalah Allah. Ini analog dengan soal penumpang yang diam dalam pesawat yang
sedang terbang. Dalam relasi dengan pesawat, si penumpang tidak bergerak. Namun
dalam relasi dengan lokasi di bumi, si penumpang sedang bergerak. Jadi si
penumpang sedang bergerak dan tidak sedang bergerak pada saat yang sama tetapi
dengan relasi yang berbeda.
Hal yang sama berlaku pada Yesus. Dalam kaitan dengan natur
kemanusiaan-Nya, Yesus bukan Allah tetapi dalam kaitan dengan natur
keilahian-Nya Yesus adalah Allah. Itu tidak melanggar hukum kontradiksi. Hanya
melanggar hukum kontradiksi kalau Kristen mengatakan bahwa Kemanusiaan Kristus
adalah keiliahiannya dan keilahian Kristus adalah kemanusiaannya. Dan itu tidak
pernah dikatakan oleh orang Kristen.
Ma Kuru: Tentang pertanyaan
sdr. Supriyadi, itu tidak relevan dengan
validitas posisi saya atau posisi siapapun dalam kaitan dengan kebenaran
apapun. Apa harus ada sesuatu yang seperti Yesus baru kita percaya bahwa Yesus
ada? Apakah harus ada sesuatu yang sama dengan Realitas Mutlak-nya Islam
misalnya baru Islam percaya bahwa Realitas Mutlak yang dipercayainya ada?
Tidak, bukan?
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Pak
Bhuku Tabuni benar, kalau melihat dari relasi yang sama misalnya melihat Yesus
dari sisi manusia saja atau sisi allah saja memang benar akan kontradiktif, dan
kalau melihat Yesus dari relasi yang berbeda yaitu allah dan manusia, tidak
kontradiktif. Seperti Analoginya Penumpang bergerak terhadap Bumi tapi
diam terhadap Pesawat. Kesimpulannya Penumpang bergerak dan diam
sekaligus.
Tapi saya bisa membatalkan kesimpulan Pak Bhuku Tabuni dengan Analogi
yang baru, sbb : Penumpang tidak bergerak terhadap Pesawat tapi tidak diam
terhadap Bumi. Disimpulkan Penumpang tidak bergerak dan tidak diam
sekaligus.
Artinya melihat Yesus dari relasi yg berbeda yaitu bukan allah dan bukan
manusia, pernyataan saya juga sama tidak kontradiktifnya.
Perhatikan, kesimpulan saya bisa membatalkan kesimpulan Pak Bhuku
Tabuni, kalau Pak Bhuku Tabuni menyimpulkan Penumpang bergerak dan diam, saya
menyimpulkan sebaliknya tidak bergerak dan tidak diam, padahal kita sama-sama
melihat dari relasi yang berbeda.
Singkatnya, mengatakan Yesus adalah Allah dan Manusia sama saja dengan
mengatakan Yesus bukan Allah dan bukan Manusia.
Konsekuensi logisnya melihat Yesus dari relasi yang berbeda sama dengan
mengakui kedua kesimpulan yg saling membatalkan ini. CMIIW
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Saya
tidak paham maksud pertanyaannya. Dan sy juga tidak bermaksud membedah secara
Kristen tapi secara logika saja. Tidak apa-apa kah ?
Ma Kuru: Ok. Baik sata katakan
dengan logika sederhana. Hukum logika mana yang menyatakan bahwa proposisi
'penumpang bergerak' bernilai sama dengan proposisi 'penumpang tidak bergerak'
sehingga bung Supriyadi mengatakan bahwa dari
proposisi yang sama dengan yang saya gunakan anda dapat menyimpulkan proposisi
yang bertentangan. Coba jelaskan.
Ma Kuru: Atau dengan lebih
sederhana lagi bagaimana hubungan analogi anda dengan analogi saya dan
bagaimana analogi anda membantah analogi saya.
Ma Kuru: Supaya anda tahu, Saya
juga tidak meminta anda membahas secara kristen. Yang saya minta adalah, kalau
anda mau bantah ajaran Kristen, paling tidak pahami apa yang orang Kristen
maksud dan bantah yang anda sudah pahami tersebut. Kalau tidak, anda hanya
melakukan straw man.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Beda
Analogi saya dan anda hanya membalik acuannya saja (bumi atau pesawat). Kalau
anda tanyakan "hukum logika mana yang menyatakan proposisi penumpang
bergerak bernilai sama dengan tidak bergerak ?", kan saya juga bisa
menanyakan hal sama.
Tuduhan Strawman sebaiknya disimpan dulu, kan sudah saya tulis dengan
rendah hati "CMIIW" dan kalau terganggu mungkin diakhiri saja.
Ma Kuru: Supriyadi, proposisi apa yang anda
hasilkan dari pembalikan referensi tersebut? Proposisi yang saya hasilkan
adalah bahwa si penumpang bergerak dan tidak bergerak pada saat yang sama dan
dengan relasi berbeda. Apa proposisi yang anda hasilkan?
Untuk sementara saya akan abaikan straw man anda, seperti permintaan
anda. Kita fokus ke pembahasan teknikalitis logika formal, seperti yang saya
tanyakan di atas.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Pak
Bhuku Tabuni kalau saya analisa analogi yang bapak sampaikan TIDAK ANALOG
dengan pernyataan intinya. Pernyataan inti yg saya maksud disini adalah
mengenai Tahu dan Tidak Tahu Kapan terjadinya kiamat.
Tidak analog karena pada Analogi bapak ada dua aspek yang berbeda yaitu
terhadap Pesawat dan Bumi , sedangkan pada Pernyataan intinya hanya ada satu
aspek yaitu terhadap waktu terjadinya hari kiamat.
Ma Kuru: Bung Supriyadi, untuk menilai posisi andalah
maka saya ajukan pertanyaan di atas. Pertanyaannya adalah apa proposisi yang
anda hasilkan dari hubungan penumpang dan pesawat dan bumi?
Proposisi yang saya hasilkan adalah bahwa si penumpang bergerak
dan tidak bergerak pada saat yang sama dan dengan relasi berbeda. Apa
proposisi yang anda hasilkan?
Apakah anda mengatakan bahwa proposisi yang saya katakan itu salah? Atau
apa?
Kita bicara analog setelah ini selesai.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Proposisi
yang saya hasilkan adalah bahwa penumpang bergerak dan tidak bergerak pada saat
yang sama dan dengan relasi berbeda, tapi kalau Pak Bhuku Tabuni acuannya Pesawat dan Bumi,
maka saya acuannya beda lagi, yaitu pesawat dan bukan pesawat.
Dalam relasi dengan pesawat, si penumpang tidak bergerak. Namun
dalam relasi dengan selain (bukan) pesawat, si penumpang sedang bergerak. Jadi
si penumpang sedang bergerak dan tidak sedang bergerak pada saat yang sama
tetapi dengan relasi yang berbeda.
Kalau Pak Bhuku Tabuni menggunakan aspek Bumi dan
Pesawat sebagai analogi bahwa Yesus dapat sebagai Allah dan Manusia, maka saya
menggunakan aspek pesawat dan BUKAN pesawat untuk menjelaskan Yesus adalah
Allah dan Bukan Allah sekaligus, masalahnya kemudian apakah asas berpikir logis
menerima dua pernyataan yang saling kontradiktif ini.... ? CMIIW
Ma Kuru: Jadi anda mendapatkan
proposisi yang sama yaitu "Penumpang bergerak dan tidak bergerak pada saat
yang sama dan dengan relasi berbeda." Entah anda merubah referensi atau
bukan, proposisi yang anda dapatkan tetaplah sama.
Karena itu kesimpulan saya tidak terbantahkan, bahwa dua proposisi bisa
tampak bertentangan tetapi pertentangan itu bisa jadi semu kalau ternyata
relasi atau definisi yang digunakan berbeda.
Nah, demikian juga dengan Yesus Kristus. Yesus adalah manusia dan bukan
manusia pada saat yang sama dengan relasi yang berbeda. Dalam relasi dengan
natur kemanusiaan Kristus, Yesus adalah manusia. Tetapi dalam hubungan dengan
natur keilahian Kristus, maka Yesus bukanlah manusia.
Tuduhan anda bahwa Kristen melanggar hukum kontradiksi hanya akan
berlaku kalau orang Kristen mengajarkan bahwa Yesus hanya punya satu natur dan
natur itu adalah manusia dan bukan manusia. Itu baru melanggar hukum
kontradiksi.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Saya
koreksi anda Pak Bhuku Tabuni, Natur Manusia dan Natur Bukan Manusia itu
artinya ada dua Natur berbeda, bukan satu Natur. Artinya dengan relasi yang
beda juga sama kontradiktifnya.
Ma Kuru: Karena dua natur, maka
tidak ada masalah. Hukum Kontradiksi tidak bertentangan dengan ajaran bahwa satu
entitas punya dua natur. Yang bertentangan dengan Kontradiksi Hanya kalau
dikatakan bahwa satu natur itu dua natur dan sebaliknya.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Masalahnya
proposisi anda itu berlaku bukan cuma jika natur itu allah dan manusia, tapi
juga jika natur itu Allah dan bukan allah, manusia dan bukan manusia bahkan
sama berlakunya kalau dua natur berbeda itu juga bukan allah dan bukan manusia.
Jadi proposisi yang anda sampaikan ini meaningless, tidak bisa dijadikan jalan
pembenaran.
Lagipula 2 natur ini mestinya hasil kesimpulan dari penalaran, bukan
dijadikan premis awal yg diakui duluan.
Ma Kuru: He he he... sejak kapan
saya mengatakan bahwa Yesus Kristus hanya punya satu natur? Sejak awal saya
katakan bahwa Yesus Kristus punya dua natur. Karena dua natur, maka pernyataan
bahwa Yesus adalah Allah dan bukan Allah, adalah ciptaan dan bukan ciptaan
tidak melanggar kontradiksi karena dua natur Kristus. Baca lagi.
Proposisi Yesus adalah Allah adalah cara lain untuk mengatakan bahwa Dia
bukan manusia. Dan Dia manusia adalah cara lain untuk mengatakan bahwa Dia
bukan Allah.
Proposisi "Yesus adalah Allah" dan "Yesus adalah bukan
manusia" adalah proposisi yang identik. Demikian juga proposisi
"Yesus adalah manusia" dan "Yesus adalah bukan Allah"
adalah dua proposisi yang identik. Jadi keberatan anda tidak ada
kena-mengenanya dengan posisi saya.
Mengapa kedua natur Kristus itu harus merupakan hasil kesimpulan dari
penalaran? Anda sudah baca tulisan Pak Esra di atas? (Btw, anda sudah
Red Herring ketika mengajukan pertanyaan ini)
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Pak
Bhuku Tabuni Saya agak heran sewaktu anda bilang tidak ada kontradiksi meskipun
anda akui Yesus itu allah dan bukan allah pada saat yg sama, secara sadar anda
sedang menerima dan menolak identitas ke-allahan Yesus. Agak berbeda dengan Pak
Esra yang menolak istilah Yesus "Bukan allah" dan memilih istilah
Yesus sbg "manusia".
Saya tanya, apakah Asas identitas akan menerima definisi sesuatu sebagai
A dan bukan A , sesuatu sebagai allah dan bukan allah ....?
Ini suatu kerancuan berpikir. Belum lagi kalau dakuannya menyatakan
bukan allah dan bukan manusia, layaknya sudah seperti menciptakan entitas
ketiga saja itu.
Ma Kuru: Bung Supriyadi, saya tidak
tahu perhatian anda kemana. Yesus Allah dan bukan Allah hanya Kontradiksi kalau
Yesus hanya punya satu natur dan natur itu adalah Allah dan bukan Allah.
Menjadi Kontradiksi karena karena pada dasarnya saya katakan bahwa
Yesus itu A dan non A pada saat yang sama dan dengan relasi yang sama. Itu
Kontradiksi.
Tapi masalahnya adalah Kristus memiliki dua natur. Dengan demikian
ketika saya katakan bahwa Yesus Kristus adalah Allah dan bukan Allah, maka yang
saya katakan adakah Yesus adalah A dan Non A pada saat yang sama dengan relasi
yang berbeda.
Dengan demikian, anda sebenarnya sedang menyerang pandangan yang bukan
pandangan saya. Anda menyerang pandangan yang anda asumsikan sebagai pandangan
saya, walaupun sebenarnya bukan. Itu Straw man namanya. Kalau anda tidak merasa
bahwa straw man itu kerancuan berpikir, yaaa.... Silahkan saja.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Pertama,
Yang saya pahami dari penjelasan anda dalam diskusi ini adalah sbb, dengan
relasi yang berbeda identitas Yesus adalah allah dan manusia; allah dan bukan
allah ; manusia dan bukan manusia ; bukan allah dan bukan manusia.
CMIIW :)
Ide dua natur yg anda sampaikan ini relasi antar keduanya
kontradiktif sehingga tidak bisa eksis dalam satu pribadi dan waktu yang
sama,
Penjelasannya sbb :
Jika allah tidak pernah menjadi bukan allah atau stop menjadi allah
seperti disebut Pak Esra Alfred Soru , maka seharusnya tidak
pernah ada waktu dimana Yesus berbicara sebagai bukan allah, entah itu
berbicara sebagai malaikat, manusia, dll. beberapa referensi debat yang saya
baca mengenai hal ini mengatakan, ketika yesus tidak tahu kapan kiamat, artinya
(natur) allah sedang mengosongkan diri, diistilahkan kenosis CMMIW. Seolah olah
sebagai akal-akalan untuk mensiasati aspek waktu, sehingga ada saatnya allah berhenti
sejenak menjadi allah untuk bisa mengucapkan kata-kata sebagai manusia.
Ma Kuru: Penjelasan anda
mengasumsikan bahwa Yesus hanya memiliki satu natur. Kalau Yesus memiliki dua
natur maka natur Allah Kristus tidak berubah menjadi natur manusia demikian
juga natur manusia Yesus tidak berubah menjadi natur Allah. Tidak ada keharusan
bagi natur keilahian Kristus untuk menyatakan semua proposisi yang diketahui
keilahian-Nya kepada kemanusiaan-Nya. Jadi tidak masalah kalau kemanusiaan
Yesus tidak mengetahui tentang kapan hari kiamat.
Pengosongan diri juga tidak berarti bahwa Yesus berhenti menjadi Allah.
Hudzai: Bhuku Tabuni, apakah anda pernah menemukan
kitab atau catatan sejarah, bhw bunda maria pernah memanggil Yesus dgn sebutan
Allah Kristus.....? silahkan....
Ma Kuru: Saya bertanya kepada anda,
mengapa saya harus menggunakan standar anda. Kalau tidak ada alsan untuk
menggunakan standar ada, mengapa saya harus tunduk padanya?
Hudzai: Bhuku Tabuni, oh kalo gitu anda kurang
kritis, cara berpikir anda sangat subyektif, justru kita dikasih akal oleh sang
pencipta utk dpt berpikir dgn benar. kalo sy memahami yesus dgn standar yesus
sendiri, perhatikan ayat ini: Markus 12: (28) Lalu datanglah seorang guru agama
mendengarkan percakapan antara Yesus dengan orang-orang dari golongan Saduki
itu. Guru agama itu melihat bahwa Yesus sudah menjawab orang-orang itu dengan
baik. Maka ia bertanya kepada Yesus, "Perintah manakah yang paling penting
dari semua perintah?"
(29) Yesus menjawab, "Perintah yang pertama, ialah: 'Dengarlah, hai
bangsa Israel! Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
(30) Cintailah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap
jiwamu, dengan seluruh akalmu dan dengan segala kekuatanmu.' =============>
kesimpulannya: Yesus Bukan Allah atau Kristus bukan Allah, gak ada itu istilah
Allah Kristus. Oke.....??? apa perlu sy tunjukkan ayat yg lain......???
Ma Kuru: Coba anda gunakan
konstruksi argumen sehingga mempermudah anda menunjukkan validitas informasi
anda. Trims
Ma Kuru: Coba anda gunakan
konstruksi argumen sehingga mempermudah anda menunjukkan validitas informasi
anda. Trims
Hudzai: Bhuku Tabuni, gini aja, anda bs memahami
ayat yg sy kuitp itu tdk....??? apa komentar anda....??? jd gak usahlah bikin
konstruksi argumen yg njlimet, oke...!!!
Ma Kuru: Saya paham ayat Alkitab
yang anda kutip. Yang saya tidak paham adalah bagaimana anda bisa sampai pada
kesimpulan tersebut. Karena itu saya meminta anda untuk mengemukakan dalam
bentuk konstruksi premis 1 premis 2 kesimpulan. Itu akan sangat mempermudah
menilai validitas argumen anda. Silahkan.
Ma Kuru: Ini bukan masalah njlimet
atau bukan. Ini masalah pertanggung jawaban moral atas argumen yang anda
kemukakan.
Ma Kuru: Saya paham ayat Alkitab
yang anda kutip. Yang saya tidak paham adalah bagaimana anda bisa sampai pada
kesimpulan yang anda tarik. Karena itu saya meminta anda untuk mengemukakan
dalam bentuk konstruksi premis 1... premis 2... kesimpulan.... Itu akan sangat
mempermudah menilai validitas argumen anda. Silahkan.
Ma Kuru: Ini bukan masalah njlimet
atau bukan. Ini masalah pertanggung jawaban moral atas argumen yang anda
kemukakan.
Hudzai: Bhuku Tabuni, oke kalo anda merasa paham dgn
ayat itu, apakah anda msh pede dgn menggunakan istilah Allah Kristus.....???
apa ada alasan anda yg bs dipertanggungjawabkan.....???? silahkan.....
Ma Kuru: Anda jangan mengalihkan
beban pembuktian. Anda menggunakan ayat Alkitab untuk mendukung proposisi
tertentu. Adalah tugas anda untuk menunjukkan validitas argumen anda. Cara
untuk menunjukkan validitas adalah dengan mengemukakan pandangan anda dalam
bentuk argumen. Kalau anda tidak bisa, yaaaa jujur saja. Saya akan sangat
memahami itu.
Hudzai: Bhuku Tabuni, lho yg menggunakan istilah
Allah Kristus kan anda, mana ayat yg mendukungnya...??? Kalo ayat yg sy kutip
kan gak menyebut istilah Allah Kristus, Jd buat apa sy bikin konstruksi
argument yg mbulet, oke...!!! Silahkan....
Ma Kuru: He he he he... anda paham
tidak yang terjadi di sini? Anda menggunakan ayat alkitab tertentu untuk
mendukung sebuah posisi. Anda menggunakan matius 12 : 28. Dari ayat tersebut
anda mengambil kesimpulan bahwa Kristus bukan Allah. Makanya tugas anda adalah
membuktikan dengan argumentasi bahwa Matius 12 : 28 membuktikan bahwa Yesus
bukan Allah. Saya minta anda menggunakan argumen: Premis... Premis....
Premis... Kesimpulan.... Jangan membalikkan beban pembuktian.
Kalau anda tidak bisa buat argumen dan tidak paham disksi ini, mendingan
anda katakan secara jujur. Saya lebih menghargai itu. Terima kasih.
Ma Kuru: He he he he he he........
Anda peratikan baik-baik Hudzai. Anda datang membuktikan
kenon-ilahian Kristus dari ayat tertentu. Saya minta anda untuk mengemukakan
argumen anda mendukung penegasan tersebut. Anda tidak bisa melakukannya sampai
saat ini.
Sebelumnya saya sudah minta anda untuk membaca ayat yang disodorkan
Pak Esra yang membuktikan keilahian
Kristus dan kemanusiaannya dan membantahnya kalau bisa. Sampai saat ini belum
ada bantahan.
Tetapi kalau anda jujur bahwa anda lemah dalam hal berargumentasi, saya
bisa paham. Tidak usahlah sok tahu. Jujur aja.
Hudzai: Waduh gawat anda cuma
sekedar bantah aja, gak pake dalil, coba lihat lg TS di atas, sdr. Esra pake
dalil apa utk mempertahankan keilahian yesus....??? Kalo pake dalil akal2an mah
kacau....!!!
Ma Kuru: He he he he he he.... ya
sudahlah... kalau kamu memang tidak bisa mempertangungjawabkan penarikan kesimpulan
yang kamu lakukan. Saya bisa paham. Saya sudah bisa mengukur kemampuan kamu
dalam memahami diskusi dan memhami argumen. Komentar kamu juga menunjukkan
bahwa kamu tidak membaca tulisan pak Esra. Tapi terima kasih sudah
diskusi.
Catatan Admin: Kalau anda tidak punya cara untuk mempertanggung jawabkan
argumen anda, yaa. Lebih baik berdiam diri.
Tapi siapa tahu papa Kana Robo mau meladeni, saya
persilahkan. I give up on this crank.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Masalah
2 natur ini memberi pengetahuan baru bagi saya, skrg saya jd tahu Kristen
meyakini natur allah hadir pada 3 pribadi, dari salah satu pribadi (Yesus)
terdiri atas 2 natur berbeda lagi, yaitu natur allah dan natur manusia. Ini
konsep yg cukup rumit yg diatributkan pada Allah.
Dari sisi kebenaran secara teknis logika ide dua natur yg dijadikan
proposisi awal memang membuat dogma kristen lolos dari kontradiksi.
Tapi ide ini jadi kurang berguna bagi orang luar yg belum meyakini dogma
Tuhan menjadi manusia, atau ada manusia punya natur allah selain natur
kemanusiaannya sendiri.
Disisi lain, guideline untuk membedakan antara Allah yg benar dan salah
jadi tidak berguna, penjelasan bahwa allah bukan manusia, allah abadi,
mengetahui segala sesuatu dll tidak berguna bahkan salah karena ide dua natur
ini membuat allah dengan cara tertentu bisa abadi sekaligus fana, maha tahu
sekaligus tidak tahu, kuasa sekaligus tidak kuasa dll.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Opsi
lain yang diabaikan disini adalah Yesus sebagai Nabi, sebagaimana kita tahu
Nabi bisa melakukan hal-hal ajaib yg dilakukan Allah dengan izin dan kuasa yg
diberikan Allah, konsisten dengan alur cerita diutusnya nabi-nabi sebelumnya,
manusia tetap dengan natur kemanusiaannya.
Ma Kuru: Bung Supriyadi, kalau hanya isu membedakan
allah dari umat-Nya tidak menjadi masalah. Toh hanya Yesus Kristus yang
memiliki dua natur. Umat manusia tidak memiliki dua natur sama seperti Kristus.
Jadi tidak masalah di sana.
Masalahnya dengan opsi nabi adalah nabi merupakan sub kelas dari
manusia. Sedangkan ada ayat Alkitab yang jelas menunjukkan bahwa Yesus bukan
sekedar manusia. Ada pernyataan lain dalam Alkitab yang berimplikasi bahwa
Yesus adalah Allah.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Lalu
apa gunanya petunjuk yg menjelaskan allah bukanlah manusia, dengan adanya ide
allah menjadi manusia ini Pak Bhuku Tabuni ?
Ayatnya bisa ditulis disini Pak Bhuku Tabuni ?
Ma Kuru: Kalau itu sesuatu yang
diajarkan Alkitab, apa salahnya menjelaskan? Apalagi ada yang berani mengatakan
bahwa ajaran tersebut tidak logis.
Dua ayat (dari sekian banyak) sudah diangkat pak Esra.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Menyatakan
tidak logis ini wajar Pak Bhuku Tabuni, karena tidak dapat dipaksakan orang non
kristen untuk menerima lompatan "yesus punya natur allah dan
manusia", justru sebenarnya Pak Bhuku Tabuni yg harusnya lebih dulu
membuktikan Yesus memiliki natur allah, berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya yg
walaupun melakukan mujizat tidak disebut memiliki natur allah.
Ma Kuru: Menyatakan tidak logis itu
tidak wajar karena posisi Kristen hanya tidak wajar karena kesimpulan tersebut
hanyalah kesimpulan yang diakibatkan ketidaktahuan (kalau bukan sengaja tidak
tahu) akan proposisi yang dipercayai Kristen.
Pak Esra sudah mengemukakan satu
dua ayat di atas yang membuktikan posisi tersebut, yaitu bahwa Yesus adalah
Allah dan manusia. Posisi yang anda katakan bahwa Yesus adalah nabi, tidak
menambah apa-apa terhadap diskusi karena nabi adalah sub kelas dari kelas
manusia dan Yesus tidak sekedar nabi, sudah diungkapkan oleh Pak Esra dalam tulisan yang
ditanggapi di sini.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Bisa
dijelaskan lebih sederhana maksud paragraf pertama Pak Bhuku Tabuni.
Ma Kuru: Ada proposisi - proposisi
dalam ajaran Kristen yang kalau tidak dibarengi dengan pemahaman terhadap
proposisi lain akan mengakibatkan terlihat sebagai Kontradiksi. Nah,
ketidakpahaman mengenai proposisi ini bisa karena memang tidak tahu saja atau
karena sengaja tidak tahu.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Perihal
pertanyaan saya "apa gunanya petunjuk yg menjelaskan allah bukan manusia,
dengan adanya ide allah menjadi manusia ?" Jawaban anda juga suatu
lompatan, bagaimana bisa anda mengecualikan yesus dari guideline bahwa
"allah bukan manusia", sehingga seharusnya tidak ada manusia yg
di-allah-kan.
Proposisi apa yg berkaitan dengan proposisi bahwa Yesus adalah manusia
dengan natur allah, bukan manusia yg di-allah-kan...?
Ma Kuru: Mengapa Yesus tidak boleh
dikecualikan, sementara Alkitab mengatkan bahwa Yesus memiliki dua natur,
seperti yang diangkat pak Esra di dalam tulisannya?
Mengapa itu menjadi sebuah lompatan ketika kitab yang kami percaya menyatakan
bahwa memang demikianlah adanya? Apakah saya harus menolak kitab tersebut dan
mengadopsi proposisi dari sumber lain yang saya tidak percayai sebagai
berotoritas?
Tentang proposisi apa yang mengatakan bahwa Yesus adalah manusia dengan
natur allah. Siapa yang mengatakan bahwa Yesus adalah manusia dengan natur
Allah? Orang Kristen ajarkan bahwa Yesus memiliki dua natur. Yesus bukan
manusia dengan natur Allah. Itu pemahaman anda. Jadi sebaiknya jangan tanya ke
saya. :)
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Jadi
maksudnya proposisi yg anda bangun semuanya berkaitan dengan proposisi bahwa
informasi alkitab seluruhnya benar dan harus diterima... ? Lalu proposisi apa
lagi yg menjamin kebenaran alkitab ?
Bukankah petunjuk bahwa allah bukan manusia itu berlaku umum tanpa
pengecualian termasuk yesus, sehingga tidak seharusnya ada manusia yang
dianggap sama seperti allah atau di-allahkan atau memiliki natur allah dll
sehingga jadi objek pemujaan.
Orang yg melihat Yesus maka yg pertama kali tampak adalah manusia nya,
jadi informasi bahwa manusia ini punya natur allah disamping naturnya sebagai
manusia datang belakangan.
Ma Kuru: Sekrang saya tanya anda,
apa yang anda terima sebagai justifikasi mutlak terhadap kebenaran sebuah
posisi atau proposisi? Pengalaman empiris? Jenis filsafat tertentu? Kitab suci
lain? atau apa?
Ah, bahwa natur Allah bukan natur manusia jelas berlaku untuk siapapun
termasuk untuk Yesus? Siapa yang menganggap manusia sama seperti Allah?
Orang melihat Yesus pertama kali yang tampak manusianya. Lalu apakah itu
berarti bahwa orang menyembah kemanusiaan Yesus?
Yg saya terima sebagai justifikasi bisa secara filsafat/logika atau
empiris bergantung subjek yg dibicarakan. Karena memang ada hal-hal tertentu yg
blm bisa dibuktikan secara empiris. Kalau anda tanya jenis filsafat, saya tidak
paham pak Bhuku Tabuni. Sy tidak mendalami filsafat.
Yang tampak bagi yg tidak percaya dogma "allah jadi manusia"
memang begitu, menjadikan manusia sebagai objek pemujaan, dan ini bukan
diskriminasi ke doktrin allah menjadi manusia lho ya, kelak kalau ada yg
mengklaim allah menjadi pohon atau api dll juga begitu.
Benar, Allah dan manusia Istilahnya saja sudah beda, tapi maksud
petunjuk bahwa allah bukan manusia ini kan supaya faham jangan sampai ada
manusia yg di-allah-kan atau ada objek tandingan yg dipuja selain allah. CMIIW
Ma Kuru: Pertanyaan saya sangat
erat hubungannya dengan apa yang anda katakan. Anda mengemukakan teori
pembuktian mutlak tertentu. Jika teori pembuktian anda tidak dapat
dipertanggung jawabkan, maka teori pembuktian mutlak anda tidak berguna dan
pertanyaan anda tentang pembuktian di atas akan dinilai berdasarkan teori
pembuktian anda.
Tetapi syukur anda mengemukakan teori pembuktian tertenty. Anda mengatakan
bahwa Anda menerima pembuktian tertentu secara empiris. Apakah segala sesuatu
pada akhirnya harus dibuktikan secara empiris, tetapi karena saat ini belum
dibuktikan secara empiris, maka kita bisa menerima pembuktian lain? Apakah itu
posisi anda?
Kedua, apa saja yang anda terima dengan pembuktian non empiris? Lalu
kalau bukan pembuktian non-empiris, lalu pembuktian macam apa yang anda terima?
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Saya
kurang mengerti maksudnya, krn proposisi yesus memiliki natur manusia dan allah
berkaitan dgn proposisi kebenaran alkitab, jadi saya tanya proposisi apa yg
menjamin kebenaran alkitab ?
Apa-apa yg blm bisa dibuktikan secara empiris bisa saja dimulai dengan
pendekatan logika, membandingkan dengan aksioma-aksioma yg sudah establish
terlebih dahulu.
Kemudian, saya paham Yesus dlm pandangan kristen bukan manusia yg di
allah-kan, karena itu sy ingin tahu bagaimana cara berpikirnya sehingga
anggapan yesus itu allah menjadi manusia atau punya natur allah ini terjadi.
Ma Kuru: Kalau anda tidak paham
makanya saya jelaskan. Anda harus memiliki sebuah titik tolak yang anda terima
tanpa pembuktian. Itu disebut aksioma. Nah dalam kasus anda, tampaknya anda
mengatakan bahwa pada secara mutlak segala sesuatu harus diterima kalau ada
pembuktian empiris. Walaupun anda menerima pembuktian lain kalau pembuktian
empiris belum bisa dilakukan. Itukah pandangan anda?
Anda bertanya bagaimana cara berpikirnya kalau Yesus adalah pribadi yang
memiliki dua natur. Saya punya pertanyaan klarifikasi. Saat anda bertanya
'bagaimana' anda sedang menanyakan cara? Atau anda sedang menanyakan apa?
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Benar,
itu yg saya maksud dengan aksioma yg sudah establish terlebih dahulu, aksioma
ini jadi titik tolak penalaran selanjutnya.
Benar, pembuktian secara empiris lebih objektif, tp tidak segala sesuatu
perlu pembuktian empiris. Walaupun ada kelemahannya, menolak pembuktian secara
empiris sama sekali bisa membuat apa yg dipercayai nampak tidak ada sangkut
pautnya dengan realitas. Saya sendiri menyerahkan kepada anda, mau dibuktikan
secara empiris atau rasionalisme atau yg lainnya, saya akan menyimak.
Kana Robo: I must say I am truly
impressed with Mr. Bhuku Tabuni.... a new and much improved
debater with lots of kind understandings and patience toward the opponent. God
bless you, brother BT! :)
colek # Victor Riwu Kaho, Ivan Bartels, Dody Rony Riwu Kaho, Dhan Makerz, Dominirsep Dodo
Ma Kuru: Supriyadi, mengapa lebih obyektif? Apa
buktinya bahwa pembuktian empiris lebih baik dari pembuktian lain?
Kedua, apa saja yang anda terima dengan pembuktian empiris dan apa saja
yang tidak, serta mengapa?
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Pembuktian
secara empiris bisa dilakukan kepada segala sesuatu yg terukur, lebih objektif
karena hasilnya bisa diamati atau diindra oleh orang lain.
Kelemahannya, tidak segala sesuatu itu bisa diukur. Misalnya kasih
sayang, kebencian dll. CMIIW.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Tanpa
pembuktian empiris, apa yg kita percayai bisa tampak tidak ada kaitannya dengan
realitas, semua hanya ada di alam persepsi belaka, beruntung ada saintis mencoba
membuktikan secara empiris usia teks-teks kitab suci, terus menerus mencari
peninggalan sejarah yg terkait dgn kitab suci dll.
Ma Kuru: Masalahnya adalah darimana
anda tahu bahwa sesuatu yang empiris itu lebih obyektif? Ketika dia indera
memberi informasi berbeda tentang satu hal, indera mana yang anda percayai dan
mengapa? Apakah anda bisa memberikan pembuktian empiris bahwa pembuktian
empiris lebih objektif? Ataukan pembuktian empiris adalah sesuatu yang anda
asumsikan sebagai objektif tanpa pembuktian empiris?
Kedua, secara definisi, pembuktian empiris menggunakan penalaran
induktif. Bagaimana anda menjustifikasi masalah induktif yang diangkat oleh
Hume?
Anda mengatakan bahwa tanpa pembuktian empiris segala sesuatu adalah
hanya persepsi belaka. Bagaimana anda membuktikan bahwa Tuhan ada?
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Pertanyaan
anda kebanyakan, dan dibuat diluar konteks maksud yg saya sampaikan. Pertanyaan
tentang proposisi yg saya sampaikan malah tidak terjawab. Jadi red herring
karena anda malah mencoba membuktikan pembuktian empiris tidak relevan dgn
dogma agama.
Victor Riwu
Kaho: Mgkn
ama Bhuku bs kasi pertanyaan yg lbh
realistis. Misalnya, bgmn obyektifitas pembuktian empiris thd pikiran?
Teksturnya, rasanya, bentuknya, warnanya, dll.
Pembuktian empiris bergantung pada subjeknya, yaitu harus terukur.
Pembuktian empiris lebih objektif karena hasilnya bisa diamati orang
lain. Masalah kelemahan metode induksi itu lain persoalan karena yg saya maksud
Pembuktian empiris dlm konteks dogma agama berkaitan dgn integritas kitab suci
yg tidak lepas dari hasil penelitian secara empiris misalnya kajian usia suatu
fragmen kitab suci, atau ketika kitab suci berbicara mengenai hal-hal empiris
seperti kapal nabi nuh yg kemudian ditemukan di ararat dll. Ini berkaitan dgn
proposisi2 yg anda sampaikan yg bergantung pd kualitas alkitab.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Saya
sebut pembuktian empiris bergantung subjeknya, kemudian anda tanya
"bagaimana membuktikan tuhan ada secara empiris?" Padahal sy nggak
pernah bilang tuhan termasuk subjek yg bisa dibuktikan secara empiris.
Belakangan ada lagi yg tanya tekstur pikiran, warna dan baunya. Jangan
menciptakan boneka sawah sendiri untuk dicela-cela sendiri. Fokus pada
pertanyaan saya, anda sudah mengungkap aksioma tapi yg anda maksud aksioma blm
jelas anda sudah berhenti disitu.
Kana Robo: I wonder if we should have
a moderator in this discussion??? Keremana pp Bhuku Tabuni dan Victor Riwu Kaho???
Ma Kuru: Bung Supriyadi, tolong perhatikan baik-baik
apa yang terjadi. Anda meminta saya pembuktian atas proposisi tertentui. Lalu
saya menanyakan teori pembuktian mutlak anda karena tiap orang memikiki teori
pembuktian mutlak tertentu. Ini pertanyaan sangat penting, karena saya sedang
menilai teori pembuktian anda. Seandainya teori pembuktian anda dapat saya
bantah, maka saya tidak perlu memberi pembuktian berdasarkan teori pembuktian
anda karena teori anda gagal.
Nah, sekarang ini kita sedang berbicara tentang teori pembuktian anda
dan saya sedang mengujinya. Anda boleh mengatakan bahwa teori pembuktian mutlak
anda objektif karena dapat orang lain verifikasi, Teori pembuktian mutlak anda
adalah emprisisme dan pembuktian logika dan filsafat. Masalahnya adalah sampai
saat ini anda belum memberikan informasi (koreksi saya kalau salah), item macam
apa yang anda menggunakan logika dan filsafat sebagai pembuktian.
Tampaknya sepintas anda berpegang pada pandangan empirisisme sebagai
pembuktian mutlak karena anda mengatakan bahwa anda bersyukur bahwa ilmu
pengetahuan berkembang dan membuktikan kitab suci (mungkin yang anda maksudkan
adalah kitab suci anda). Anda juga mengatakan bahwa sesuatu yang tidak dapat
dibuktikan secara empiris hanya imajinasi (atau sejenisnya. Saya tidak terlalu
ingat persis istilah yang anda katakan). Tetapi bisa jadi anda mungkin tidak
terlalu berpikir tentang masalah ini secara mendalam atau anda kesulitan merumuskan
posisi anda sebenarnya.
Tetapi sekali lagi saya mohon tolong jelaskan ke saya hal apa saja yang
anda buktikan secara non empiris dan hal apa saja yang empiris, serta mengapa
anda memilih empiris dan memilih non empiris tersebut?
Kedua, masalah objektivitas. Anda mengatakan bahwa empirisisme lebih
objektif karena dapat diverifikasi orang lain. Masaahnya adalah, begaimana anda
membuktikan secara empiris bahwa penalaran menggunakan empirisisme itu memang
obyektif? Apa datanya dan apa kesimpulan anda?
Sekali lagi ini bukan red Herring. Ini adalah diskusi menilai hal yang
relevan bahan diskusi karena saya meminta anda untuk membuktikan teori
pembuktian anda.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Metode
pembuktian bergantung pada kualifikasi subjek, jadi kalau anda bertanya lebih
dahulu pada saya ttg metode pembuktian saya, ini tidak masuk akal, karena anda
yg mengetahui kualifikasi subjek (yg sedang anda buktikan), apakah bisa diukur,
diindera, atau transenden dll.
Satu lagi, saya tidak menetapkan teori pembuktian mutlak untuk diri
saya, metode pembuktian apapun asalkan relevan dgn kualifikasi subjeknya adalah
penguat kebenaran. Karena itu bukti-bukti empiris juga sama pentingnya.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Ini
red herring, seharusnya anda mengajukan argumen yang meyakinkan, bukan
mengajukan pertanyaan yg tidak kronologis begitu.
"Proposisi apa yang menjamin kebenaran isi alkitab ? "
Saya "tidak paham" bagaimana pertanyaan saya itu bisa
"dibatalkan" karena (menurut anda) ada kesalahan pada metode empiris,
padahal saya juga belum tahu jawaban anda itu suatu kesimpulan yg diambil dari
proses pembuktian empiris atau bukan.
Ma Kuru: Baiklah bung Supriyadi. Pertanyaan tentang metode
pembuktian anda harus ditanyakan karena anda ingin tahu bagaimana saya
membuktikan sebuah proposisi yang anda pertanyakan. Dapat diterima atau
tidaknya pembuktian saya tergantung pada apa yang anda pahami tentang
pembuktian atau pembuktian macam apa yang anda harapkan.
Bisa terjadi saya mencoba membuktikan sesuatu proposisi, tetapi anda
tidak menganggapnya sebagai bukti. Demikian sebaliknya, sehingga akan terjadi
perdebatan lagi setelahnya. Karena itu pertanyaan tentang pembuktian itu
penting untuk diklarifikasi sejak awal agar tidak terjadi perdebatan setelah
bukti dikemukakan atau tidak dikemukakan.
Tentu boleh saja perdebatan tentang pembuktian terjadi setelah seseorang
memberikan pembuktian. Tetapi tidak harus. Dan saya memilih agar perdebatan
tentang pembuktian disettle dulu baru saya kita bahas pertanyaan pembuktian
yang anda minta.
Dengan demikian ini bukan red herring atau sejenisnya. Ini memperjelas
prakondisi untuk menjawab pertanyaan anda. Kalau misalnya teori pembuktian anda
tidak ada justifikasi, maka tuntutan anda untuk membuktikan sesuatu tidak perlu
atau diladeni.
Hal berikut yang hendak saya tunjukkan dan sampai saat ini sudah
berhasil adalah bahwa dalam sistem filsafat, kepercayaan, agama apapun anda
punya titik tolak yang tidak dapat dibuktikan. Dalam percakapan kita di atas,
anda tidak bisa membuktikan bagaimana pembuktian empiris objektif mengingat
berbagai masalah dengan pembuktian tersebut. Tetapi toh anda tetap berpegang pada
pandangan bahwa (hampir semua?) hal yang harus dibuktikan secara empiris dan
pembuktian empiris itu objektif. Saya harap anda sudah belajar kritikan kaum
skeptis dan rasionalis sejak jaman Yunani kuno terhadap empirisisme sehingga
anda paham yang saya maksud.
Mungkin itu saja dulu. Have a nice weekend bung Supriyadi.
Supriyadi
Ikhwanur Rachiem: Dapat
diterimanya cara pembuktian anda bergantung pada kualifikasi subjeknya Pak
Bhuku Tabuni dan yang tahu kualifikasi subjek adalah anda sendiri. Saya hanya
akan menolak cara pembuktian anda kalau kualifikasi subjek tidak sesuai dgn
cara pembuktian anda.
Saya mengangkat masalah pembuktian empiris karena anda membicarakan
Alkitab. Kualifikasi alkitab sebagai wahyu dari Tuhan memang sia-sia untuk
dibuktikan secara empiris, tapi kualifikasi alkitab sebagai tulisan yg sudah
ada pada masa lalu, dan yg isinya juga berbicara tentang hal-hal empiris adalah
objek pembuktikan secara empiris.
Wah diskusi yg menarik. Thanks K Ivan sudah merangkum dan mendokumentasikannya. Ijin untuk share dan post di tempat lain kk. Makasih
BalasHapussilakan ama
Hapus