Ketika Domba Menginjil dan Gembala Berkipil
Dulu Gembala berseru: “Bertobatlah dan hiduplah benar!” Kini suaranya lembut tapi isinya hambar. Salib disingkir, diganti motivasi murah, Firman jadi alat, bukan lagi anugerah. Dulu Injil menelanjangi dosa dan memanggil pada salib suci, Kini Ia dibungkus psikologi, menyenangkan telinga dan menenangkan hati Gembala lupa: iman timbul dari Firman, bukan dari perasaan Bahwa kasih sejati menegur, bukan sekadar menenangkan. Domba-domba pergi membawa Injil murni, Sementara Gembalanya sibuk menghitung amplop dan kursi. Ia berbicara tentang berkat, tapi lupa tentang darah, Hanya berfokus pada manusia, dan bukan tentang Allah. Kini gereja gemerlap tapi kosong di dalam, Pujian bergema tapi roh kehilangan salam. Domba menginjil di lorong dunia yang gelap, Karena Gembalanya berkipil menjual terang untuk gemerlap. Domba yang lapar bangkit, menggenggam Alkitab lusuh, Mengabarkan Kristus yang disalib, bukan Kristus yang palsu. Sebab lebih baik domba bersuara dengan luka yang bena...