Corat core sa...
Sudah beberapa minggu beta memikirkan untuk menulis ini dan
setelah beta menulisnya pun, masih butuh beberapa hari untuk memutuskan untuk menulisnya. Di satu sisi beta ingin
memberi klarifikasi terhadap posisi beta, tapi disisi lain beta juga
berpikir bahwa bisa jadi catatan ini malah memperburuk posisi beta. Dan
hal yang menjadi pertimbangan beta sebenarnya adalah seberapa penting
atau seberapa peduli orang dengan catatan ini? Mungkin saja orang tidak
perduli dengan hal ini dan menganggap ini bukan hal yang terlalu serius
dan tak perlu beta sikapi dengan berlebihan mungkin atau yang beta
lakukan ini sama sekali tidak menjadi konsentrasi publik yang begitu
menyita perhatian sehingga beta harus susah payah menulis catatan ini
seolah begitu penting (ini yang orang bilang kepedean hehehe). Tapi
terlepas dari hal tersebut, beta tetap memutuskan untuk menulis hal
ini. Setidaknya tulisan ini untuk beberapa pihak yang secara langsung
sering terlibat aktif berdiskusi dengan beta yang sering dalam kondisi
tertentu mencapai titik diskusi/debat yang sangat keras dan bahkan
menjadi pertengkaran yang cukup hebat. Juga kepada beberapa pihak yang
sering mengikuti perdebatan beta, terutama pada pihak tertentu yang
tidak berdiskusi secara langsung dengan beta tapi memberi
komentar-komentar miring dan beberapa komentar tidak suka bahkan mungkin
membenci beta secara pribadi. Dan disini beta berupaya untuk memberi
penjelasan yang mudah-mudahan bisa di pandang objektif. Namun kalau pun
tulisan ini malah memperburuk posisi beta dan menjadi makin tidak disukai
banyak orang, maka resiko itu beta ambil (tentunya ini juga akan menjadi
refleksi bagi beta untuk membenahi diri, walau bukan berarti beta berkompromi dengan kesalahan). Beta akan bicara seputaran
pandangan-pandangan beta soal perdebatan-perdebatan yang beta lakukan.
Lebih tepatnya soal isu tentang "ilmu Logika" yg sering beta sampaikan.
Tapi beta bukan mau menjelaskan tentang materi "Logika" itu sendiri,
karena dalam kesempatan ini beta hanya ingin mengklarifikasi beberapa hal
sejauh pengalaman beta terkait hal-hal ini yang jelasnya akan beta
sampaikan pada paragraf berikut.
Tidak bisa dipungkiri ada
fenomena setuju dan tidak setuju terhadap suatu pandangan. Itu adalah
hal yang wajar. Tapi hal penting yang perlu di perhatikan adalah sejauh
mana kita paham posisi seseorang sehingga kita bisa sampai pada
kesimpulan setuju atau tidak setuju. Dalam hal ini beta berusaha sekuat
mungkin untuk tidak melakukan pembelaan diri yang berlebihan, tapi lebih
bersifat klarifikasi yang mudah-mudahan bisa di mengerti. Terhadap
sebagian pandangan beta, beta menemui ada cukup sarat dengan salah
paham. Sebagai contoh misalnya ketika beta berbicara banyak tentang
logika, ini bukan berarti seseorang dengan mudahnya menilai bahwa beta
mengagungkan logika lebih dari Tuhan misalnya. Ini adalah suatu bentuk
penilaian salah kaprah terhadap pandangan beta. Dan ini juga terjadi
pada beberapa pandangan beta yang lainnya terkait isu ini.
Berikutnya,
beberapa pihak ada yang mengenal beta. Ketika beta menyampaikan
gagasan-gagasan terkait ilmu logika, mungkin saja ada yang beranggapan
bahwa beta tidak lebih dari seorang yang sok paham atau sok pintar atau
sok hebat! Karena mungkin beberapa diantaranya mengenal beta, siapa
beta, apa latar belakang kehidupan beta, latar belakang pendidikan. Atau
karena beta tidak punya latar belakang pendidikan filsafat, beta
dikenal hanya bisa main musik saja dan tidak punya pendidikan tinggi,
maka beta tidak tau apa-apa soal hal ini alias hanya sok paham. Walau
secara logis alasan-alasan ini tidak relevan untuk menilai seseorang,
tapi tidak bisa di pungkiri mindset ini masih melekat pada pikiran
sebagian orang. Jika saja beta punya latar belakang filsataf atau
teologi atau beta seorang profesor misalnya, mungkin saja dengan mudah
orang bisa menerima ide mau pun gagasan-gagasan beta, tapi sayangnya
beta sama sekali tidak punya latar belakang itu dan sama sekali tidak
berpendidikan tinggi hehehe... Tapi dari sini beta belajar bahwa
siapa pun orang itu, bahkan dianggap bodoh oleh banyak orang, miskin, pelacur,
preman, anak kecil, dll sekalipun, jika mempunyai gagasan atau
pandangan yang benar maka beta harus katakan benar atau yang beta perlu
perhatikan adalah ide, gagasan atau pandangannya atau argumennya, tak perduli
apa latar belakanganya. Jika benar ya benar saja dan jika salah ya salah saja, tak perlu pake
embel-embel ini dan itu.
Berikutnya, ada juga persepsi miring
terhadap "cara" beta menyampaikan pandangan atau berdebat (setidaknya
beta bisa tau dari beberapa inbox ke beta, dll). Maka, beta perlu
mengklarifikasi beberapa hal, perlu beta garis bawahi adalah setiap kali
mengemukakan pendapat atau adu berargumen yang selalu beta perhatikan
atau setidaknya untuk beta pribadi, beta selalu berusaha pagari
pandangan beta dengan apa yg dinamakan dengan "kaidah-kaidah logika"
atau setidaknya berusaha seturut kaidah-kaidah logika. Maka,
ketika beta menemui teman diskusi yang tidak seturut kaidah logika, maka bagi
beta itu adalah masalah yg serius (maksudnya sehubungan dengan
keinginan beta untuk diskusi yang lebih terarah). Kalau kita mengabaikan
hal ini, maka diskusi apapun akan menjadi sia-sia. Sampai disini beta
perlu klarifikasi juga kalau ini bukan berarti beta selalu bisa seturut
kaidah logika, beta pun juga acap kali melakukan sesat pikir (tidak
seturut kaidah logika), karena itu beta masih harus belajar berargumen
menggunakan kaidah-kaidah logika dengan benar sehingga beta bisa
menghindari atau setidaknya meminimalisir sesat pikir yang beta lakukan
dan kalau beta salah maka beta harus mengakuinya. Dalam penyampaian gagasan atau pandangan, 'cara' beta
menyampaikannya kurang disukai beberapa pihak. Rupanya ada hal-hal yang
sering kali beta lupakan. Beta harus akui ada kondisi dimana beta
memberikan standart diskusi yang sama ketika berdebat dengan pihak
manapun. Sederhananya, bahwa tidak semua orang bisa menerima cara beta
ini. Ok, kedepannya beta akan memikirkan hal ini! Tapi satu hal yang beta ingin beri tahu,
yaitu ; beta lebih memilih mengatakan jujur apa adanya (salah maupun
benar), dari pada bersikap munafik hanya untuk sekedar orang lain tidak
tersinggung atau mendapat simpati orang lain. Lebih mengerucut, beberapa
pihak juga tidak menyukai ketika beta menggunakan kata "bodoh" dan
sejenisnya. Beta perlu klarifikasi bahwa penggunaan kata itu bukan untuk
merendahkan siapapun atau bukan berarti beta lebih pintar. Tidak!
Penggunaan kata itu hanya khusus untuk poin-poin yg beta jelaskan atau
untuk gagasan tertentu dan unutk menyatakan dengan lebih tegas kesalahan GAGASAN/PANDANGAN seseorang pada diskusi tertentu dan isu tertentu, bukan pada pribadi orang tersebut. Terkadang beberapa yang
beta temui suka ngotot dengan suatu pandangannya tapi tidak
argumentatif dan terpaksa beta harus gunakan kata itu. Tapi tetap saja
beberapa pihak atau secara umum punya pandangan bahwa tidak boleh
mengatakan org lain bodoh atau menghakimi orang lain "bodoh" itu tidak
boleh. Beta perlu sampaikan sedikit terkait hal ini (klo ada teman-teman
tidak setuju tidak apa-apa). Karena beta adalah seorang kristen, maka
beta pake Alkitab sebagai standart untuk menilai etis atau tidak etisnya
hal ini. Benar ada banyak ayat Alkitab yang mengatakan jangan
menghakimi, tapi perlu di perhatikan bahwa konteks menghakimi ini tidak
bisa diterjemahkan tidak boleh menghakim sama sekali karena implikasinya bisa menjadi kita tidak boleh menyatakan kesalahan yang dilakukan orang lain
(ini jangan di persepsikan menjadi orang yang menyatakan kesalahan
orang lain tidak pernah buat salah). Kalau seandainya kita menyimpulkan
bahwa tidak boleh menghakimi, maka akan bertentangan dengan
proposisi-proposisi lain dalam Alkitab. Yesus dalam masa pelayanan-Nya
juga pernah menghardik orang-orang bebal dengan kata-kata seperti ini.
Sampai disini juga jangan sampai diterjemahkan beta menyamakan diri
dengan Yesus atau menghalalkan ini menjadi tameng untuk megatakan orang
lain bodoh seenaknya. Paulus maupun rasul dan nabi - nabi yang lainnnya pun melakukan hal yang sama. Beta ingat ada sebuah ayat pendek tentang
menghakimi, yaitu : "Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi
hakimilah dengan adil." (Yoh 7:24). Beta tidak masuk terlalu dalam pada eksegese
(penafsiran) ayat ini karena beta juga bukan yang pakar hal ini.
Intinya boleh menghakimi, tapi harus dengan ADIL (logis). Ini masih bisa di
perdebatkan lagi! Bisa saja ada yang bertanya pada beta: apa definisi
"adil" atau apa mksd "adil"? dll. Beta tangguhkan dulu hal ini karena
beta tidak sedang membicarakan isu itu dengan mendalam (poin itu
didiskusikan di kesempatan lain saja). Kembali lagi, intinya boleh
menghakimi! Tapi, disini beta harus akui dalam menggunakan kata-kata
tersebut, beta sering menggunakannya dengan tidak benar atau
menggunakannya dengan emosional. Ok atas hal tersebut beta salah!
Hal
lainnya lagi, beta sering berbicara tentang Logika. Dengan logika kita bisa membedakan benar dan salah, ini jangan
diartikan menjadi logika dalam dirinya sendiri dapat digunakan untuk
mencapai kebenaran, karena membedakan benar/salah tidak sama dengan logika sendiri dapat digunakan untuk mencapai Kebenaran
(dan beta tegaskan! Logika dalam dirinya sendiri bukan media untuk
mencapai kebenaran. Dan sekali lagi, kalau mau bahas soal ini lain
kesempatan saja). Ok, kembali lagi! Beberapa pihak menganggap karena beta berbicara
seperti itu, maka beta menjadi orang yang (sok) paling benar atau
paling bermoral. Sama sekali beta TIDAK bermaksud demikian! Belajar
logika memang bisa memberi efek baik bagi kita dalam hal meningkatkan
sesitifitas untuk bisa membedakan benar dan salah atau setidaknya
bermanfaat bagi pengkajian berbagai isu demi mencapai objektifitas, tapi
tidak ada jaminan orang bisa berlogika dengan baik adalah menjadi orang
yang paling benar (karena tidak seorang pun benar). Logika juga punya keterkaitan erat dengan moralitas.
Artinya tanpa logika tidak ada yang namanya moralitas (untuk ini juga
kalau tertarik membahasnya di kesempatan yang lain saja). Poinnya, bukan
berarti beta belajar logika menjadi beta lebih bermoral dari orang yang
tidak belajar logika. Belajar logika memang bisa juga ber-efek bagi
peningkatan moralitas, tapi tidak pasti semua yang belajar logika atau
yang ahli sekalipun punya moralitas yang baik. Jadi, intinya beta ingin
sampaikan bahwa beta tidak pernah memproklamirkan diri sebagai paling
benar atau paling bermoral karena beta juga manusia yang berdosa yang
hanya punya keinginan menjadi lebih baik dari kemarin, hari ini dan esok
walau beta malah lebih sering gagal menjadi pribadi yang lebih baik.
Masih
ada banyak hal yang beta ingin sampaikan, tapi beta cukupkan ini saja
dan atas beberapa hal diatas membuat beta belajar bahwa sebagai orang
muda yang masih perlu banyak belajar beta harus lebih bisa menempatkan
diri atas suatu kondisi dan situasi, baik itu sikap beta, dengan siapa
beta berhadapan dan apa yg perlu beta lakukan dan apa yang tidak perlu
beta lakukan. Sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan, beta
minta maaf yang sedalam-dalamnya atas kesalahan-kesalahan yang beta
lakukan kepada berbagai pihak atas ke-khilafan yang beta lakukan baik
sengaja maupun tidak segaja. Sejujurnya, tidak ada niat memusuhi atau
membenci maupun tidak menghargai pihak mana pun. Dan beta juga tidak
anti terhadap perbedaan, melainkan justru beta menyukai perbedaan
pendapat asalkan disampaikan dengan kejujuran dan bertanggung-jawab
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan unsur-unsur logisnya. Dan ok,
beta berharap pembaca tidak menyempitkan maksud dari catatan ini. Beta
tidak bicara tentang siapa yang lebih pintar atau siapa yang paling
benar atau siapa yang paling bermoral, tapi lebih betsifat reflektif
semata.
Di awal tulisan ini, beta memikirkan untuk membuat
klarifikasi atas posisi beta, tapi beta kira tulisan ini tepatnya lebih
bersifat reflektif bagi beta atas pengalaman-pengalaman beta sebagai
orang muda yang masih labil dan masih perlu banyak belajar banyak hal.
Dan di catatan ini, siapapun boleh berkomentar apa pun tanpa beta batasi
dan beta tidak akan memperdebatkannya atau memberikan argumen bantahan
maupun pembelaan apa-apa bahkan tidak akan berkomentar apa-apa.
Terimakasih. ^___^
ttd
Ivan Bartels
Mantap. Beta belum baca, tetapi beta senang su mulai menulis. He he he. :)
BalasHapus