Ini adalah salinan diskusi beta dengan seorang suster Katolik Bernama Ida Frederika Kuil di lapak seorang teman, di sini . Diskusi berawal ketika suter Ida menanggapi postingan seorang teman tersebut, kemudian beta mananggapi suster tersebut, dan kita berdua pun saling menanggapi. Berikut diskusi beta dan suster Ida Frederika Kuil. Selamat menikmati. Ida Frederika Kuil: Argumen yang kau kemukakan dalam percakapan menunjukkan kesalahpahaman mendasar tentang ajaran Katolik mengenai Maria dan dosa asal: Pertama, Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa karena Maria melahirkan Yesus, maka Maria harus secara biologis menurunkan “ketiadaan dosa” kepada-Nya. Ketidaktercemaran Maria bukan hasil logika biologis, melainkan anugerah ilahi yang diberikan oleh Allah karena rencana keselamatan-Nya melalui Kristus. Dogma Immaculata Conceptio (Maria dikandung tanpa noda dosa asal) menyatakan bahwa Allah menebus Maria secara istimewa sejak awal hidupnya, bukan karena Maria sec...
Ketika Yesus berkata, “Janganlah kamu khawatir akan hidupmu,” Ia tidak sekadar menghibur agar kita tenang menghadapi kesulitan sehari-hari. Ia sedang mengubah cara pandang manusia terhadap hidup itu sendiri. Kekhawatiran bukan hanya masalah psikologis, melainkan tanda bahwa seseorang sedang menaruh hatinya pada hal-hal yang bersifat fana pada dunia yang berubah, terbatas, dan sementara. Yesus mengingatkan bahwa hidup manusia sering kali terjebak dalam lingkaran kebutuhan jasmani: makan, minum, pakaian, keamanan, dan keberhasilan. Semua itu penting, tetapi tidak kekal. Karena itu, Ia mengajarkan agar kita tidak menaruh fokus utama di sana. Bukan berarti kita tidak boleh bekerja, merencanakan, atau berusaha, melainkan supaya kita sadar bahwa semua itu hanyalah bagian dari realitas dunia yang akan berlalu. Sebaliknya, Yesus menuntun kita untuk menempatkan yang kekal sebagai pusat orientasi hidup: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.” Kalimat ini bukan sekadar anjuran moral ag...
Membaca sebuah tulisan di surat kabar harian Timor Express (Timex) tanggal 19 November 2013 dengan judul : “Kesetaraan sebagai Nilai Dasar Ke-Indonesiaan” oleh Pdt. Norman M. Nenohai. Setelah selesai membaca tulisan beliau, saya dapati hal – hal yang menurut saya berbeda/bertentangan dengan apa ya n g saya pahami. Untuk itu, tanpa mengurangi rasa hormat dan tentu saja dengan semangat “perbedaan” seperti yang di dengungkan oleh Pdt. Norman M. Nenohai yang selanjutnya saya sapa Pak Norman, maka saya pun tergerak untuk mengemukakan pandangan saya sebagai tanggapan terhadap tulisan Pak Norman. Dari keseluruhan tulisan pak Norman, ada beberapa haldari tulisan Pak Norman yang ingin saya bahas dalam tanggapan ini. Untuk itu saya akan membaginya empat bagian. Berikut uraiannya; MENILAI DAN MENGIDENTIFIKASI “PERBEDAAN” Pak Norman berpandangan bahwa “Dalam kitab suci dikatakan bahwa Allah menciptakan kepelbagaian dengan tujuan saling melengkapi satu deng...
Komentar
Posting Komentar